Selasa, 07 Juli 2020

Mencintai dalam diam (dalam-penutup)

Epilog

Sudah kubilang kan? Berharap pada manusia itu
Mengecewakan?
Bahkan aku saja menulis ini dengan derap emosi
Tapi tentu kita tidak bisa menyetir perasaan
Maka nikmatilah
Sakitnya
Sedihnya
Kecewanya
Karena kapal di arung laut itu
Tentu tidak terus menerus dihadapi ombak besar
Apalagi bila sudah sampai ketepian

Maka mencintaimu dalam diam itu
Menyenangkan
Biar ia menjadi akhir yang gantung
Hingga hati tak ingin mengungkitnya lagi


Mencintai dalam diam (dalam-8)

Perpisahan manis

Perpisahan kita itu manis
Karena setelah berpisah, nyatanya
Kita jadi mudah bersua
Bahkan bercakap
Mengapa harus begitu?
Apa karena aku ditakdirkan mencintaimu terus
Dalam diam?
Perjalanan 5 tahun mencintaimu itu
Kurasakan berat
Yaa...karena kamu perlu kutinggalkan dulu
Untuk mendekat
Apa karena bagiku juga,
Kamu hanya titik terang yang fana?

Oktober 2019

Mencintai dalam diam (dalam-7)

Pamit

Saat itu kamu tentunya masih dihatiku
Lalu, entah bagaimana
Bagian milikmu yang sempit itu
Telah pula di isi oleh orang lain
Dia berani sekali, memojokkanmu
Agar lekas pamit
Dan melalui jabatan tangan itu
Kamu meredup
Dan menghilang
Lalu setelah masih kutunggu
Kamu tidak lagi kembali
Jadi kamu sudah benar benar hilang ya?

Maret 2019

Mencintai dalam diam (dalam-6)

Ruang Untukmu

Hari hari belakang aku sadar
Bahwa kamu hanya tercipta 
Untuk bersemayam didalam hati
Bagiannya sangatlah sempit,
Aku yakin kamu tidak akan nyaman
Kuciptakan begitu agar kamu lekas pamit
Karena aku perlu kemenangan
Atas egoku
Ego untuk apa?
Agar tetap membersamaimu
Kemarin
Kini
Dan nanti

Juni 2018

Mencintai dalam diam (dalam-5)

Gerimis kita datang

Saat gerimis tadi kita dipertemukan
Setelah berapa lama saja aku lupa
Lalu matamu yang tajam itu memabukkan
Aku...tidak bisa menghiraukannya

Hanya saja wajahmu terus menyerang
Pikiranku tidak bisa lagi tenang
Seperti menyirami pohon yang gersang
Sebentar segar lalu kembali meradang
Menunggu gerimis kita datang

Juli 2017


Indah semesta alam berbicara
Itu di atas pipimu

Juli 2017

Mencintai dalam diam (dalam-4)

Titik Terang

Aku sedang berada dalam gelap
Kalap aku kesana kesini
Kehilangan arahku
Lalu aku bertanya,
"Aku harus kemana?"
Tak ada jawaban
Lalu seketika aku sadar
Aku hanya bertemu dan bertanya
Dengan diriku sendiri

Kemudian sebuah titik terang menghampiriku
Sorotnya seperti semenanjung
Dan indahnya matahari pagi
Tidak terang atau menyala
Hanya ia bercahaya tidak meredup
Bahkan ada yang mengusiknya

Sementara aku hanya dan masih
Memandangi indah kilaunya
Ia sederhana dan baik hati
Yang terdorong dari hatinya
Baru kali ini aku tidak dapat
Menggambarkan isi hatiku
Karena kamu adalah titik terangku
Terimakasih telah menuntunku
Dari gelap dan sedihnya kehilangan

Juni 2017

Mencintai dalam diam (dalam-3)

Mengapa begitu keras?

Kamu apa kabar?
Bagaimana ceritamu setahun belakang?
Kudengar kamu mampu menggapai citamu, ya?
Waah selamat!
Sedangkan aku kini terjebak pada hal...
Yang tidak aku tau sedikitpun
Huft, mengapa ternyata kamu begitu keras?
Dalam hal yang kamu inginkan
Dan mengapa aku begitu payah?
Terhadap inginku
Rasanya aku ingin hilang saja dalam kegelapan
Tapi lalu dalam kegelapan itu
Aku menemukanmu.

Januari 2016

Mencintai dalam diam (dalam-2)

Menjadi awal

Menjadi yang pertama kali tersenyum padamu
Itu menyenangkan
Karena kamu begitu dingin dan kaku
Hingga entah, aku jadi lebih...
Penasaran ?
Karena sorot matamu itu tajam sekali
Seperti menghalangi siapapun untuk memahamimu
Tapi aku kini makin penasaran
Apakah sorot matamu itu adalah,
Sebenarnya kamu?

April 2015

Mencintai dalam diam (dalam-1)

Prolog

Setiap manusia di anugerahi rasa dan ingatan, karena memang begitu kan hakikatnya? Selain itu, tentunya banyak AnugerahNya yang terus kita nikmati sebagai manusia. Saking banyaknya kemudian manusia lupa bersyukur, sampai kemudian manusia mencintai makhluk tuhan dengan terlalu mendalam, padahal pun mereka sadar, tidak mungkin manusia bahagia berharap dengan yang sejenisnya (baca :manusia)
Jadi kini, akan kucoba rangkai bagian-bagian kutipan saat (mungkin) seseorang (sempat) mencintai dalam diam dengan terlalu mendalam.

Jumat, 03 Juli 2020

Aku dan Alurnya (AKAD)

1 hari sebelum akad
Keluarga Rindang sudah berdatangan dari luar kota. Dalam keadaan hampir semua bahagia, Rindang selalu berpakaian rapi karena tamu dan keluarga terus berdatangan untuk bersilaturahmi. Rindang dan Langit memang jarang sekali bercakap melalui daring. Mereka hanya saling telpon untuk membicarakan hal penting, maka hari itu, ia tidak membawa kesana kemari HPnya, ia tidak melewati sedikitpun menit detik bercengkrama dengan saudara. Malam harinya, semua keluarga berkumpul "malam bainai" tradisi minang untuk melepas anak gadis yang akan menikah, om dan tante Rindang bergantian memberikan pesan pernikahan, hangat sekali suasana malam itu diiringi derai, tentunya. Malam itu pula, ayahnya banyak diam, ia hanya tersenyum dan tertawa sesekali. Apakah ayah berat melepasku? Tatap Rindang pada ayahnya. Guratan mata yang selalu memandang hangat pada Rindang dan berubah mengerikan saat mengetahui Rindang disakiti orang lain. Bahu lebarnya itu yang menopang berbalut peluh untuk menjaga dan menafkahi keluarganya. Ya Allah... mungkinkah suamiku nanti akan sekuat ayahku?

Hari akad
Rindang mendapat morning call dari wedding organizernya di jam 3 pagi, ia harus sudah di gedung jam setengah 5 pagi untuk makeup. Setelah menerima telpon, Rindang duduk sejenak di tepian kasur, di kanan kirinya saudara Rindang yang tidak begitu jauh jarak usianya masih terlelap. Bismillah, Rindang bergegas mandi dan bersiap ke gedung pernikahan. Saat sampai disana tim wedding makeup nya sudah siap, disambut senyuman mereka yang hangat, Rindang yakin dapat melewati hari itu dengan baik. Suara palu dari petugas dekor mengiringi proses makeup Rindang, mamanya, dan tante nya pun bergantian di beri riasan. "Tes tes 1 2 3" Rindang terdiam. "Degdegan ya teh? Biasanya pengantin degdegan kalau udah ada suara sound" Rindang tersenyum dan mengangguk. "Gapapa teh, bismillah ya insyaallah lancar"kalimat itu sangat menenangkan hati Rindang.

Rangkaian acara menuju akad itu berlangsung dengan sangat hikmat. Sebelum ijab qabul dimulai, Rindang membacakan puisi yang telah ia buat. Karena Rindang belum boleh keluar sebelum ijab qabul maka Rindang membacakannya dari ruang makeup, hanya suara Rindang yang terdengar di gedung itu.

Mama ayah
Hari ini kaka telah sampai 
pada persinggahan selanjutnya
23 tahun yang lalu, kaka singgah dalam pelukan
Mama dan ayah
Kala itu sangat bahagia
Kaka sangat bersyukur

Kata mama dan ayah 
Menjaga anak perempuan itu
Seperti membawa mutiara dari laut hingga ke tepian
Tidak erat menggenggam
Tidak serta merta melepas

Bagi kaka sewaktu kecil
Ayah adalah sosok yang tegas
Dan disegani
Namun seiring mendewasa
Ayah adalah lelaki terbaik
Ayah, peluh ayah kini akan berkurang
Kakak telah dijemput seseorang lelaki
Yang akan membimbing dan mencintai kaka
Seperti ayah
Mama
Terimakasih telah menjadi figur wanita hebat
Dimata kaka
Doakan kaka mampu menjadi istri dan ibu
Sebaik mama
Mungkin kehadiran kaka dalam keseharian
Akan berkurang
Tidak lagi kaka terlihat di kamar
Tidak lagi ada wajah cemberut di pagi hari
Atau candaan setiap malam di meja makan

Mama ayah dan adikku
Maafkan selama masa penantian ini
Belum menjadi anak dan kaka yang sempurna
Dalam membahagiakan
Atas tutur dan perilaku yang menyakitkan
Maafkan kakak

Terimakasih mama ayah
Telah mengantarkan mutiara hingga ketepian
Dengan tetap bersih dan suci

Air mata Rindang tidak keluar, hanya tertahan di pelupuk. Gugupnya bertambah ketika ijab qabul dimulai.

"SAYA NIKAHKAN ENGKAU...DENGAN PUTRI KANDUNG SAYA...." suara Ayah Rindang terus bergetar, air matanya mengalir saat itu. Suasana hangat haru disana dapat terasa jelas oleh semua tamu dan keluarga yang datang. Rindang menunduk, membantu proses ini dengan berdoa.

"SAYA TERIMA NIKAHNYA....DIBAYAR TUNAI"

Selesai sudah tanggung jawab orangtua terhadap anaknya. Ayah menangis, anak gadisnya telah dipinang oleh lelaki yang akan menemaninya melewati sisa usia. Diiringi doa orangtua diiringi restu dan kehendakNya. AlurNya sangatlah indah.

Semua keluarga mengucap syukur. Rindang lega, kini gilirannya menunjukkan wajah ke semua keluarga dan kerabat yang sudah hadir. Ia berjalan diiringi oleh sodara sodaranya dari ruang riasan. Didepannya lelaki yang kini ia panggil suami berdiri gagah sambil tersenyum menatapnya. Mereka saling berpandangan dengan hangat. Dengan suasana haru. Allhamdulilah. 29 Desember 2019

Seri "Aku dan AlurNya" allhamdulilah sudah tamattt
Nantikan cerita selanjutnya yaaap!!
Salammm


Aku dan AlurNya 6(aku akan pergi)

Hari hari sebelum menikah membuat Rindang berhasil.menurunkan beratnya hingga 5 kg. Pasalnya bukan karena persiapan membuatnya stress atau terlalu lelah mencari vendor. Konflik batinnya yang menyita waktu istirahat Rindang di malam hari. 
Sudah yakinkah saya? -Batin Rindang-

Pagi itu Rindang sedang bersiap untuk bekerja, ia rapikan baju dan kerudungnya. Ketika keluar kamar pemandangan hectic di pagi harii terlihat, ia hanya tersenyum, sebentar laagi ia tidak akan mendengar suara khas omelan mama dari dapur, ayah yang bersantaii sambil membaca surat kabar dan wangi masakan yang kian menyeruak. Tiba-tiba air matanya menetes begitu saja, Rindang langsung menyeka air di pipinya itu sebelum orangtuanya melihat. 

Hari-hari sebelum menikah adalah masa penuh haru yang akan dilewati semua wanita menuju pernikahan, karena setelah jabatan tangan antara ayahnya dan jodohnya itu tanggung jawab akan berpindah, peran seorang wanita akan berganti dan bertambah, sebagai anak, menantu, istri lalu ibu. Rasa itu sangat mengagumkan, namun sayangnya tidak ada orang yang sepenuhnya yakin terhadap sesuatu yang berjudul "pertama kali". Yaa seperti layaknya Rindang, ia baru pertama kali menikah.

Sepulang bekerja, Rindang mandi dan menjatuhkan badannya di kasur. Ia menatap langit-langit kamar yang menjadi saksi kehidupan gadisnya selama 23 tahun. Toktoktok "kaak, mama boleh masuk?"suara mama Rindang terdengar di daun pintu. "Boleh mamm" jawab Rindang. Mereka berdua bercengkrama sambil berbaring di kasur. Rindang banyak diam, sesungguhnya ia menahan isak yang terus menerus memaksa keluar. Seperti ia ingin merengek rasanya.

"Kaa...sebentar lagi mama ga akan bisa ngobrol sama kaka kaya gini, percaya deh, walaupun nanti rumah kaka sama mama deket kita ga akan kaya gini lagi, karena memang menikah akan mengubah banyak hal. Tapi kaka jangan takut, walaupun menurut mama, kaka terlalu sebentar hidup serumah sama mama tapi hidup harus terus berjalan dan meningkat ka, kaka sekarang akan meningkat statusnya menjadi yang lebih bertanggung jawab, menjadi istri dan akan menjadi ibu. Setelah menikah nanti, mama dan ayah ga akan bilang kalau kangen, ga akan nangis2 minta ditengokin kaka dan ga akan sering telpon, tapi mama yakin setiap mama ngerasa kangen perasaan sedih itu akan sampe ke kaka sebagai sinyal semoga saat itu kaka selalu peka untuk menghubungi kami duluan. Mama, ayah dan adik2 juga perlu adaptasi tanpa kehadiran kaka dirumah, pasti kami akan sedih bersama disini, tapi juga lega mama dan ayah bisa menjaga kegadisan kaka sampai kaka menikah. Kaka tau kan gimana cara mama ayah ngejaga kaka selama ini? Mama ayah ngelarang kaka pulang malem2, mama ayah terus pantau kaka kalau lagi dideketin laki laki, Karena jaga anak gadis itu susah kak dan Allah akan hadiahkan surga bagi orangtua yang mampu menjaga kegadisan putri nya hingga ia menikah, mama ayah lega insyaallah karena kaka menikah dengan keadaan masih perawan, ayah dan mama sudah dibuatkan rumah di surga. Terimakasih ya nak, sudah menjadi anak gadis yang baik dan mampu menjaga kepercayaan orangtua. Mama mau saat akad menikah nanti kaka tidak menangis, nangislah sebelum hari akad kak, menangis sepuasnya dan nikmati hari hari terakhir kaka dirumah" tangis Rindang dan mamanya pecah. Isaknya yang sudah membendung besar bertumpah ruah malam itu.

Iya ma...terimakasih telah menjagaku dengan sangat baik, juga ayah lelaki paling tulus mencintaiku. Tanpa mengharap balasan. Tanpa mengharap balasan.