1 hari sebelum akad
Keluarga Rindang sudah berdatangan dari luar kota. Dalam keadaan hampir semua bahagia, Rindang selalu berpakaian rapi karena tamu dan keluarga terus berdatangan untuk bersilaturahmi. Rindang dan Langit memang jarang sekali bercakap melalui daring. Mereka hanya saling telpon untuk membicarakan hal penting, maka hari itu, ia tidak membawa kesana kemari HPnya, ia tidak melewati sedikitpun menit detik bercengkrama dengan saudara. Malam harinya, semua keluarga berkumpul "malam bainai" tradisi minang untuk melepas anak gadis yang akan menikah, om dan tante Rindang bergantian memberikan pesan pernikahan, hangat sekali suasana malam itu diiringi derai, tentunya. Malam itu pula, ayahnya banyak diam, ia hanya tersenyum dan tertawa sesekali. Apakah ayah berat melepasku? Tatap Rindang pada ayahnya. Guratan mata yang selalu memandang hangat pada Rindang dan berubah mengerikan saat mengetahui Rindang disakiti orang lain. Bahu lebarnya itu yang menopang berbalut peluh untuk menjaga dan menafkahi keluarganya. Ya Allah... mungkinkah suamiku nanti akan sekuat ayahku?
Hari akad
Rindang mendapat morning call dari wedding organizernya di jam 3 pagi, ia harus sudah di gedung jam setengah 5 pagi untuk makeup. Setelah menerima telpon, Rindang duduk sejenak di tepian kasur, di kanan kirinya saudara Rindang yang tidak begitu jauh jarak usianya masih terlelap. Bismillah, Rindang bergegas mandi dan bersiap ke gedung pernikahan. Saat sampai disana tim wedding makeup nya sudah siap, disambut senyuman mereka yang hangat, Rindang yakin dapat melewati hari itu dengan baik. Suara palu dari petugas dekor mengiringi proses makeup Rindang, mamanya, dan tante nya pun bergantian di beri riasan. "Tes tes 1 2 3" Rindang terdiam. "Degdegan ya teh? Biasanya pengantin degdegan kalau udah ada suara sound" Rindang tersenyum dan mengangguk. "Gapapa teh, bismillah ya insyaallah lancar"kalimat itu sangat menenangkan hati Rindang.
Rangkaian acara menuju akad itu berlangsung dengan sangat hikmat. Sebelum ijab qabul dimulai, Rindang membacakan puisi yang telah ia buat. Karena Rindang belum boleh keluar sebelum ijab qabul maka Rindang membacakannya dari ruang makeup, hanya suara Rindang yang terdengar di gedung itu.
Mama ayah
Hari ini kaka telah sampai
pada persinggahan selanjutnya
23 tahun yang lalu, kaka singgah dalam pelukan
Mama dan ayah
Kala itu sangat bahagia
Kaka sangat bersyukur
Kata mama dan ayah
Menjaga anak perempuan itu
Seperti membawa mutiara dari laut hingga ke tepian
Tidak erat menggenggam
Tidak serta merta melepas
Bagi kaka sewaktu kecil
Ayah adalah sosok yang tegas
Dan disegani
Namun seiring mendewasa
Ayah adalah lelaki terbaik
Ayah, peluh ayah kini akan berkurang
Kakak telah dijemput seseorang lelaki
Yang akan membimbing dan mencintai kaka
Seperti ayah
Mama
Terimakasih telah menjadi figur wanita hebat
Dimata kaka
Doakan kaka mampu menjadi istri dan ibu
Sebaik mama
Mungkin kehadiran kaka dalam keseharian
Akan berkurang
Tidak lagi kaka terlihat di kamar
Tidak lagi ada wajah cemberut di pagi hari
Atau candaan setiap malam di meja makan
Mama ayah dan adikku
Maafkan selama masa penantian ini
Belum menjadi anak dan kaka yang sempurna
Dalam membahagiakan
Atas tutur dan perilaku yang menyakitkan
Maafkan kakak
Terimakasih mama ayah
Telah mengantarkan mutiara hingga ketepian
Dengan tetap bersih dan suci
Air mata Rindang tidak keluar, hanya tertahan di pelupuk. Gugupnya bertambah ketika ijab qabul dimulai.
"SAYA NIKAHKAN ENGKAU...DENGAN PUTRI KANDUNG SAYA...." suara Ayah Rindang terus bergetar, air matanya mengalir saat itu. Suasana hangat haru disana dapat terasa jelas oleh semua tamu dan keluarga yang datang. Rindang menunduk, membantu proses ini dengan berdoa.
"SAYA TERIMA NIKAHNYA....DIBAYAR TUNAI"
Selesai sudah tanggung jawab orangtua terhadap anaknya. Ayah menangis, anak gadisnya telah dipinang oleh lelaki yang akan menemaninya melewati sisa usia. Diiringi doa orangtua diiringi restu dan kehendakNya. AlurNya sangatlah indah.
Semua keluarga mengucap syukur. Rindang lega, kini gilirannya menunjukkan wajah ke semua keluarga dan kerabat yang sudah hadir. Ia berjalan diiringi oleh sodara sodaranya dari ruang riasan. Didepannya lelaki yang kini ia panggil suami berdiri gagah sambil tersenyum menatapnya. Mereka saling berpandangan dengan hangat. Dengan suasana haru. Allhamdulilah. 29 Desember 2019
Seri "Aku dan AlurNya" allhamdulilah sudah tamattt
Nantikan cerita selanjutnya yaaap!!
Salammm