Oktober rindang lamaran, hanya sederhana.mengundang keluarga dekat, ia berniat memberi tau hujan. Ia yakin hujan pasti sudah tau berita ini dari ibunya.
Rindang : aku akan lamaran sabtu besok
Hujan : hah?
Lamaran?
Kok? ._.
Rindang : emang belum tau?
Hujan : belum, baru tau sekarang
Rindang kaget. Ia lalu menangis. Dalam hatinya berjanji ini tangisan terakhirnya. Malam lamaran itu rindang bersiap siap, rumah sudah di dekor dengan manis menyambut keluarga langit. Rindang tau ia harus membuang apapun kenangan yg mengganggu hatinya dan keyakinannya pada langit. Malam itu rindang bahagia, terlebih ia tau hujan tidak akan datang. Lalu tiba tiba wa di hp rindang berbunyi
Hujan : shareloct lewat wa ya
Rindang terpaku.
Ternyata acara berjalan lancar walau awalnya rindang tidak bisa tenang karena gugup, acara selesai saat makan makan hujan datang. Rindang tidak kaget, tidak juga sedih. Hatinya sudah sepenuhnya luruh, dalam jabatan tangan antara rindang dan hujan.
Rindang pun telah mengikhlaskan semua perasaannya. Dalam hari lamaran itu, ada perasaan yang luruh, ada cinta yang terus dibangun untuk tumbuh.
Apa yang telah Allah gariskan tentu yang akan berakhir indah hingga kapanpun, insyaallah, Aamiin
(Bersambung dulu yaaaaaa, aku harus bersiap untuk pulang) hihihi
Jumat, 6 Maret 2020
1996. Bulan ke 12. Pertama. Kalau kamu tanya apa bahagiaku, maka jawabannya adalah ketika kamu, fantasiku dan alat tulis mampu mendeskripsikan segala hal melalui tulisan. [catatan : kamu bukan hanya manusia]. Stay Absurd.
Kamis, 05 Maret 2020
Aku dan alurNya 4 (aku memilihmu)
Hari jumat itu, rindang mengawali harinya bermain dengan seorang anak cerebral palsy. Ibunya kuat dan baik sekali. Bertanggung jawab bagaimanapun keadaan anaknya, ia bercerita. Sedikit kalimat yang rindang suka :
“Teh, intinya menikah itu toleransi, saling mengerti, memahami. Kadang mungkin jodoh bukan yang kita bayangkan, bahkan sempat bukan orang yang kita ingin, tapi kalau teteh baik, jodoh teteh juga orang baik, yang sayang teteh apa adanya, dan mau sama sama berjuang. Kerja keras membangun keluarga”
Malamnya, di meja makan ayah membuka pembicaraan.
“Kakak tadi langit dateng lagi, dia mau ngelamar kakak, tapi gausah kk langsung jawab, coba istikharah dulu aja”
4 hari, rindang hanya minta waktu 4 hari.
Lalu rindang merasa yakin, takutnya sirna, ia bahagia telah memiliki pintu baru. Yang kemudian akan ada seseorang yg menemaninya melewati hari sulit. Proses lamaran-menikah tidak begitu lama, hanya 3 bulan.
“Teh, intinya menikah itu toleransi, saling mengerti, memahami. Kadang mungkin jodoh bukan yang kita bayangkan, bahkan sempat bukan orang yang kita ingin, tapi kalau teteh baik, jodoh teteh juga orang baik, yang sayang teteh apa adanya, dan mau sama sama berjuang. Kerja keras membangun keluarga”
Malamnya, di meja makan ayah membuka pembicaraan.
“Kakak tadi langit dateng lagi, dia mau ngelamar kakak, tapi gausah kk langsung jawab, coba istikharah dulu aja”
4 hari, rindang hanya minta waktu 4 hari.
Lalu rindang merasa yakin, takutnya sirna, ia bahagia telah memiliki pintu baru. Yang kemudian akan ada seseorang yg menemaninya melewati hari sulit. Proses lamaran-menikah tidak begitu lama, hanya 3 bulan.
Aku dan alurNya 3 (yakin?)
“Saya langit om, berniat untuk melamar rindang”. Rindang tidak begitu terkejut, karena memang langit tidak suka main-main. Ia serius dengan rindang. Rindang kemudian tersenyum. Ia tidak menyangka akan menikah dengan cepat. Lalu dalam persiapannya, seminggu kemudian hujan kembali datang. Rindang terkejut. Dan kemudian terlena, ia merasa dirinya belum siap untuk menikah. Dengan cepat rindang membatalkan lamarannya dengan langit.
Malam itu langit datang kerumah. Wajahnya begitu muram, menahan sedih. Matanya sendu sekali, baru kali ini rindang melihat langit sesedih itu, langit kemudian menangis. Juga rindang. Keduanya bukannya saling sayang?
Sebulan kemudian, hujan bertemu dengan rindang. Mereka sama sama mendengar kelurganya mengobrol, saling temu pandang. Rindang mengaggap hujan mungkin juga suka padanya. Entah bagaimana sebenarnya makna tatapan menurut hujan sendiri. Lalu hujan kembali menghilang.
Lalu rindang kembali aktif pada organisasinya, ia mengenal seorang lelaki lagi, namanya awan. Awan pekerja keras dan sayang sekali dengan kelurganya, tidak lama hubungan meereka saling mengenal, ternyata awan belum menuntaskan masalah hatinya dengan seorang wanita. Wanita itu juga dikenal oleh rindang. Rindang paham sekali, wanita itu sangat mencintai awan. Rindang mundur perlahan, kembali mengenyampingkan perasaannya demi kebahagiaan orang lain. Walau mungkin dengan cara komunikasi yg buruk.
Hujan, masih terus mengisi hati rindang, lalu beberapa bagiannya masih milik langit. Lalu hujan yang masih menghilang itu semakin entah kemana keberadaannya. Rindang sedih. Namun kembali langit menjadi penghiburannya.
Kegalauan kembali menerpa rindang.
Lalu pikirannya dan mungkin hatinya perlahan melupakan hujan.
Pun ia tidak membuka hati untuk siapapun.
Dalam kegalauannya itu ia berdoa
“Bila nanti ada lelaki yang serius ya allah, yakinkan hatiku untuk memilihnya, hilangkan raguku, hentikan takutku”
Aamiin.
Malam itu langit datang kerumah. Wajahnya begitu muram, menahan sedih. Matanya sendu sekali, baru kali ini rindang melihat langit sesedih itu, langit kemudian menangis. Juga rindang. Keduanya bukannya saling sayang?
Sebulan kemudian, hujan bertemu dengan rindang. Mereka sama sama mendengar kelurganya mengobrol, saling temu pandang. Rindang mengaggap hujan mungkin juga suka padanya. Entah bagaimana sebenarnya makna tatapan menurut hujan sendiri. Lalu hujan kembali menghilang.
Lalu rindang kembali aktif pada organisasinya, ia mengenal seorang lelaki lagi, namanya awan. Awan pekerja keras dan sayang sekali dengan kelurganya, tidak lama hubungan meereka saling mengenal, ternyata awan belum menuntaskan masalah hatinya dengan seorang wanita. Wanita itu juga dikenal oleh rindang. Rindang paham sekali, wanita itu sangat mencintai awan. Rindang mundur perlahan, kembali mengenyampingkan perasaannya demi kebahagiaan orang lain. Walau mungkin dengan cara komunikasi yg buruk.
Hujan, masih terus mengisi hati rindang, lalu beberapa bagiannya masih milik langit. Lalu hujan yang masih menghilang itu semakin entah kemana keberadaannya. Rindang sedih. Namun kembali langit menjadi penghiburannya.
Kegalauan kembali menerpa rindang.
Lalu pikirannya dan mungkin hatinya perlahan melupakan hujan.
Pun ia tidak membuka hati untuk siapapun.
Dalam kegalauannya itu ia berdoa
“Bila nanti ada lelaki yang serius ya allah, yakinkan hatiku untuk memilihnya, hilangkan raguku, hentikan takutku”
Aamiin.
Aku dan alurNya 2 (mengagumi)
Setengah tahun rindang bekerja di tempat baru, Rindang menjadi wanita yang seusngguhnya kehidupan keluarganya mulai berbahagia, Rindang pun begitu, lebih memikirkan penampilan ia jadi suka merias diri. Kemudian suatu kabar (entah baik atau tidak untuk rindang) datang. Matahari akan segera menikah. Rindang manahann isak, mamanya tau bahwa ia suka hujan bukan matahari. Jantungnya berdegup. Ia tidak menyangka cinta monyet itu bisa begitu kuat membuat Rindang sedih. Dalam kegalauannya, Rindang berharap segera Allah SWT hadirkan seseorang yang mampu menghibur Rindang. Ternyata bukan hujan. Ku perkenalkan lelaki yang baru. Yang perlu pembaca pahami, Rindang tidak pernah mempermainkan perasaan lelaki. Ia hanya pengagum setia. Mencintai tanpa alasan, menunggu tanpa kepastian. Lelaki ini manis, pintar dan lembut tuturnya. Akan kunamakan ia langit. Langit datang dengan pesona kesabarannya pada Rindang. Mantan pacar Rindang. Saat SMA rindang pernah berpacaran dengan langit, mereka putus karena Langit tidak ingin pacaran. Kemudian Rindang tidak mudah oercaya dengan kehadiran langit. Baginya, langit hanya ingin berteman. Namun dapat diakui, kehadiran langit membuat Rindang cukup terhibur dengan perasaannya “ditinggal nikah”.
1 semester berlalu, pada musim yang mendadak datangnya, hujan kembali hadir. Kali ini dengan aura yang berbeda, Hujan lebih baik dalam berkomunikasi, fakultas kedokteran itu membuat hujan lebih komunikatif. Aneh. Rindang bisa langsung kembali menyukai Hujan. Tidak peduli saat itu perhatiannya sedang teralih oleh langit. Matanya masih saja menyejukkan. Setiap rindang betemu hujan, ia lebih semangat dalam berkuliah. Ia ingin juga aktif sebagai mahasiswa. Betul, jaring pertemanan rindang kian melebar. Ia aktif dalam kegiatan, sebagai ketua dan penghibur organisasi.
-sebelum wisuda, masih pada tenpat bekerja Rindang yang pertama-
Pada pernikahan matahari, rindang memilih tidak datang, perasaannya masih berat. Saat itu hujan hadir. Rindang membuat story instagram, lalu hujan meresponnya dengan membalas. Seperti penghiburan, entah mengapa Rindang sebahagia itu.
Rindang izin dengan bosnya untuk tidak bekerja karena akan menghadiri wisuda. Dan tau apa berikutnya?
Rindang telah mengundang hujan ke tempat wisudanya. Bahkan ia tidak mengundang langit.
Saat itu ternyata Rindang menjadi lulusan terbaik. Ia bahagia sekali, dan bersyukur. Ditengah para wisudawan, ia berjanji dalam hati “bila hujan tidak hadir, maka penantianku 3 tahun ini biar lapur saja”. Lalu sebelum janji profesi, rindang melihat hapenya.
“Maaf aku tidak jadi datang, rindang” rindang bersedih, matanya berkaca kaca. Ia harus menepati janjinya. Kejutan bagi para lulusan terbaik adalah oenghiburnya, orangtuanya diminta kedepan di gandeng oleh rindang. Ia mama dan ayahnya menangis. Terharu, bahagia.
-kembali ke cerita tempat kerja baru rindang-
Ia menikmati harinya sebagai wanita karir. 1 tahun hampir setahun ia mulai bosan, dengan lelah bekerja dan kesepian didalam hati. Jujur dalam hatinya masih memendam hujan. Namun ia hempas begitu saja, sesuai janjinya.
Galau...
Sedih....
Sepi....
Bahagia....
Tapi rindang merasa ada yang kurang
Cepat atau lambat kesedihan ini berangsur terganti bahagia kan? Pikir rindang.
1 semester berlalu, pada musim yang mendadak datangnya, hujan kembali hadir. Kali ini dengan aura yang berbeda, Hujan lebih baik dalam berkomunikasi, fakultas kedokteran itu membuat hujan lebih komunikatif. Aneh. Rindang bisa langsung kembali menyukai Hujan. Tidak peduli saat itu perhatiannya sedang teralih oleh langit. Matanya masih saja menyejukkan. Setiap rindang betemu hujan, ia lebih semangat dalam berkuliah. Ia ingin juga aktif sebagai mahasiswa. Betul, jaring pertemanan rindang kian melebar. Ia aktif dalam kegiatan, sebagai ketua dan penghibur organisasi.
-sebelum wisuda, masih pada tenpat bekerja Rindang yang pertama-
Pada pernikahan matahari, rindang memilih tidak datang, perasaannya masih berat. Saat itu hujan hadir. Rindang membuat story instagram, lalu hujan meresponnya dengan membalas. Seperti penghiburan, entah mengapa Rindang sebahagia itu.
Rindang izin dengan bosnya untuk tidak bekerja karena akan menghadiri wisuda. Dan tau apa berikutnya?
Rindang telah mengundang hujan ke tempat wisudanya. Bahkan ia tidak mengundang langit.
Saat itu ternyata Rindang menjadi lulusan terbaik. Ia bahagia sekali, dan bersyukur. Ditengah para wisudawan, ia berjanji dalam hati “bila hujan tidak hadir, maka penantianku 3 tahun ini biar lapur saja”. Lalu sebelum janji profesi, rindang melihat hapenya.
“Maaf aku tidak jadi datang, rindang” rindang bersedih, matanya berkaca kaca. Ia harus menepati janjinya. Kejutan bagi para lulusan terbaik adalah oenghiburnya, orangtuanya diminta kedepan di gandeng oleh rindang. Ia mama dan ayahnya menangis. Terharu, bahagia.
-kembali ke cerita tempat kerja baru rindang-
Ia menikmati harinya sebagai wanita karir. 1 tahun hampir setahun ia mulai bosan, dengan lelah bekerja dan kesepian didalam hati. Jujur dalam hatinya masih memendam hujan. Namun ia hempas begitu saja, sesuai janjinya.
Galau...
Sedih....
Sepi....
Bahagia....
Tapi rindang merasa ada yang kurang
Cepat atau lambat kesedihan ini berangsur terganti bahagia kan? Pikir rindang.
Aku dan alurNya
Ada suatu kisah, mengenai penantian panjang dan pada hamparan tanah, berkelok.
Beberapa bulan sebelum wisuda, seorang wanita yg saja dapat kusebut rindang, mencoba peruntungannya untuk bekerja. Aku mengenal rindang, seperti diri ku sendiri. Ia selalu tidak begitu peduli dgn dirinya sendiri, menurutnya, dengan dirinya semua orang perlu bahagia. Termasuk juga masuk kedalam jurusan kuliah yg kini mengantarkan ia bekerja.
Rindang bekerja dibidang sosial, perlu hati dalam setiap hal yang ia lakukan. Namun itu bukan beban. Rindang sudah menikmatinya. Keluarganya, sempurna. Kini, karena Rindang lahir ditengah pendewasaan hubungan kedua orang tuanya sebagai pasutri. Lalu masalah percintaan, ia tidak begitu mujur, maksudku ia belum begitu beruntung lebih tepatnya Rindang tidak begitu peduli, namun sebetulnya ia pemendam cinta. 1 2 3 4 tahun ia memendam begitu saja perasaannya.
-9 tahun sebelumnya-
Dalam krisis kebahagiaan Rindang terus merasakan akibat pendewasaan orangtuanya dalam menikah. Rindang tumbuh menjadi anak yang tomboy, ia galak dan tidak memiliki banyak teman. Suatu hari didepan rumahnya ia melihat sepatu mirip milik ayahnya didepan pintu, 2 pasang. Ketika masuk seorang lelaki tinggi, berkawat gigi tersenyum pdanya. Matanya ramah sekali. Rindang begitu terpesona pada lelaki itu. Lelaki itu meminta orang tua Rindang menjadi walinya karena lelaki itu bersekolah di SMA asrama. Akan kunamakan lelaki itu, matahari. Karena lelaki itu selalu bersemangat dan mampu sedikit memberi cahaya pada (sesungguhnya) hati Rindang yang kala itu sering bersedih melihat orang tuanya. Minggu ketemu minggu matahari sering ke rumah Rindang, mengajak Rindang ngobrol dan bahkan membelikan makanan. Rindang akhirnya terus menunggu hari minggu. Pada satu ketika, matahari jarang lagi datang kerumah Rindang. Kembali, Rindang kesepian. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya.
2 bulan bekerja, ia kelelahan, tempat kerjanya dan rumah berjarak 2 jam. Naik kereta dan naik motor telah dicobanya, Rindang tumbang dan menyerah.
-4 tahun sebelumnya-
Rindang, sangat sayang dengan neneknya, ia sayang sekali dengan eyang. Takdir Allah SWT menggariskan eyang terkena penyakit, perlu perawatan intensif, sampai eyang menjadi pikun. Pada kegalauan lebaran itu, seorang wanita dan lelaki datang kerumah eyang, yang baru Rindang lihat, ternyata itu adik eyang. Rindang harus memanggilnya kakek dan nenek, walaupun usianya tidak jauh dari mama dan ayah. Ternyata kakek dan nenek juga memiliki anak seumur Rindang yang sekolah di kota Rindang tinggal, anak itu ku beri nama Hujan. Rindang familiar dengan nama sekolah Hujan, sahabat Rndang pun ada disana. Alih alih penasaran, Rindang bertanya pada temannya. Hujan ternyata anak yang pintar, sekilas dari fotonya. Ia lumayan. Cukup tinggi dan berkacamata. Hanya sekilas, Rindang cuma ingin tau anak dari kakek dan nenek yg sangat baikk sekali itu.
Seperti takdir sebelumnya, Rindang bertemu dengan hujan. Kakek dan nenek memang meminta ortu Rindang untuk buka puasa bersama. Saat itu Rindang yg memang mandiri ia selalu bawa motor kemana mana.
“Hujan ke sekolah naik motor?” Tanya mama rindang
“Engga kak motor bikin macet” jawab hujan
“Mobil kali yg nyempitin jalan” ujar Rindang.
Dimulai obrolan panas, cukup untuk Rindang menilai hujan. Hujan terlahir kaya, ia difasilitasi banyak hal berbeda dengan Rindang. Perlu sabar menunggu dan keeja keras untuk dapat yg Rindang inginkan.
Lalu pesenan makanan Rindang datang. Ia makan iga bakar dengan nasi, sedangkan hujan memesan daging dgn kentang. Menu yg berbeda. RIndang terlalu ketergantungan dgn nasi. Pada saat pesanan rindang datang, hot plate nya sulit untuk diletakan, lalu hujan membantu menyingkirkan benda yg ada didepan rindang. Rindang diam. Saling berpandangan dgn hujan, ia mengerti, komunikasi kadang tidak begitu mencerminkan kepribadian seseorang.
Hanya 1 kali bertemu, Rindang anehnya tidak mampu melupakan tatap mata hujan. Sejuk sekali, juga harum serupa debu disapu hujan di siang hari. Ya juga layaknya hujan, hanya datang pada musim tertentu. Setahun kemudian Rindang kembali bertemu dengan hujan, kala itu mereka sedang sibuk mendaftarkan diri kuliah. Rindang masuk ke jurusan pemerhati orang tua dan anak berkebutuhan khusus. Sedangkan hujan, ia masuk fakultas kedokteran. Rindang takjub. Lelaki itu sangat bekerja keras untuk apa yang ia inginkan.
Terlebih, ia lebih mengerti perasaannya. Ia menyukai hujan, seperti sebelumnya ia menyukai matahari. Keduanya memiliki sifat yang berbeda. Namun mampu mengisi hati Rindang dengan rapi
Tempat kerja berikutnya kemudian mengantarkan Rindang di kedamaian bekerja, ia punya sahabat ia punya keluarga baru. Waktu kian berlalu, Rindang kemudian menikmati hasil usahanya dalam bekerja, ia mampu membeli apa yang ia inginkan.
Beberapa bulan sebelum wisuda, seorang wanita yg saja dapat kusebut rindang, mencoba peruntungannya untuk bekerja. Aku mengenal rindang, seperti diri ku sendiri. Ia selalu tidak begitu peduli dgn dirinya sendiri, menurutnya, dengan dirinya semua orang perlu bahagia. Termasuk juga masuk kedalam jurusan kuliah yg kini mengantarkan ia bekerja.
Rindang bekerja dibidang sosial, perlu hati dalam setiap hal yang ia lakukan. Namun itu bukan beban. Rindang sudah menikmatinya. Keluarganya, sempurna. Kini, karena Rindang lahir ditengah pendewasaan hubungan kedua orang tuanya sebagai pasutri. Lalu masalah percintaan, ia tidak begitu mujur, maksudku ia belum begitu beruntung lebih tepatnya Rindang tidak begitu peduli, namun sebetulnya ia pemendam cinta. 1 2 3 4 tahun ia memendam begitu saja perasaannya.
-9 tahun sebelumnya-
Dalam krisis kebahagiaan Rindang terus merasakan akibat pendewasaan orangtuanya dalam menikah. Rindang tumbuh menjadi anak yang tomboy, ia galak dan tidak memiliki banyak teman. Suatu hari didepan rumahnya ia melihat sepatu mirip milik ayahnya didepan pintu, 2 pasang. Ketika masuk seorang lelaki tinggi, berkawat gigi tersenyum pdanya. Matanya ramah sekali. Rindang begitu terpesona pada lelaki itu. Lelaki itu meminta orang tua Rindang menjadi walinya karena lelaki itu bersekolah di SMA asrama. Akan kunamakan lelaki itu, matahari. Karena lelaki itu selalu bersemangat dan mampu sedikit memberi cahaya pada (sesungguhnya) hati Rindang yang kala itu sering bersedih melihat orang tuanya. Minggu ketemu minggu matahari sering ke rumah Rindang, mengajak Rindang ngobrol dan bahkan membelikan makanan. Rindang akhirnya terus menunggu hari minggu. Pada satu ketika, matahari jarang lagi datang kerumah Rindang. Kembali, Rindang kesepian. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya.
2 bulan bekerja, ia kelelahan, tempat kerjanya dan rumah berjarak 2 jam. Naik kereta dan naik motor telah dicobanya, Rindang tumbang dan menyerah.
-4 tahun sebelumnya-
Rindang, sangat sayang dengan neneknya, ia sayang sekali dengan eyang. Takdir Allah SWT menggariskan eyang terkena penyakit, perlu perawatan intensif, sampai eyang menjadi pikun. Pada kegalauan lebaran itu, seorang wanita dan lelaki datang kerumah eyang, yang baru Rindang lihat, ternyata itu adik eyang. Rindang harus memanggilnya kakek dan nenek, walaupun usianya tidak jauh dari mama dan ayah. Ternyata kakek dan nenek juga memiliki anak seumur Rindang yang sekolah di kota Rindang tinggal, anak itu ku beri nama Hujan. Rindang familiar dengan nama sekolah Hujan, sahabat Rndang pun ada disana. Alih alih penasaran, Rindang bertanya pada temannya. Hujan ternyata anak yang pintar, sekilas dari fotonya. Ia lumayan. Cukup tinggi dan berkacamata. Hanya sekilas, Rindang cuma ingin tau anak dari kakek dan nenek yg sangat baikk sekali itu.
Seperti takdir sebelumnya, Rindang bertemu dengan hujan. Kakek dan nenek memang meminta ortu Rindang untuk buka puasa bersama. Saat itu Rindang yg memang mandiri ia selalu bawa motor kemana mana.
“Hujan ke sekolah naik motor?” Tanya mama rindang
“Engga kak motor bikin macet” jawab hujan
“Mobil kali yg nyempitin jalan” ujar Rindang.
Dimulai obrolan panas, cukup untuk Rindang menilai hujan. Hujan terlahir kaya, ia difasilitasi banyak hal berbeda dengan Rindang. Perlu sabar menunggu dan keeja keras untuk dapat yg Rindang inginkan.
Lalu pesenan makanan Rindang datang. Ia makan iga bakar dengan nasi, sedangkan hujan memesan daging dgn kentang. Menu yg berbeda. RIndang terlalu ketergantungan dgn nasi. Pada saat pesanan rindang datang, hot plate nya sulit untuk diletakan, lalu hujan membantu menyingkirkan benda yg ada didepan rindang. Rindang diam. Saling berpandangan dgn hujan, ia mengerti, komunikasi kadang tidak begitu mencerminkan kepribadian seseorang.
Hanya 1 kali bertemu, Rindang anehnya tidak mampu melupakan tatap mata hujan. Sejuk sekali, juga harum serupa debu disapu hujan di siang hari. Ya juga layaknya hujan, hanya datang pada musim tertentu. Setahun kemudian Rindang kembali bertemu dengan hujan, kala itu mereka sedang sibuk mendaftarkan diri kuliah. Rindang masuk ke jurusan pemerhati orang tua dan anak berkebutuhan khusus. Sedangkan hujan, ia masuk fakultas kedokteran. Rindang takjub. Lelaki itu sangat bekerja keras untuk apa yang ia inginkan.
Terlebih, ia lebih mengerti perasaannya. Ia menyukai hujan, seperti sebelumnya ia menyukai matahari. Keduanya memiliki sifat yang berbeda. Namun mampu mengisi hati Rindang dengan rapi
Tempat kerja berikutnya kemudian mengantarkan Rindang di kedamaian bekerja, ia punya sahabat ia punya keluarga baru. Waktu kian berlalu, Rindang kemudian menikmati hasil usahanya dalam bekerja, ia mampu membeli apa yang ia inginkan.
Rabu, 04 Maret 2020
Hujan menggiring-i aku
Pagi inii hujann...dingiiinnnnnn.....brrrrrr *gitu ekspresinya
Jadi hujan menggiring aku kembali menuliss!!! Haaaaaiiii!!
Pa kebss? (Baca : apa kabar?) wkwkwkwk
Ku sekarang sudah memiliki kehidupan baruu loh, yg kata orang belakar kehidupan sesungguhnya
Menyenangkan
Membahagiakan
Diiringi baper setitik
Dan galauu kadang kadang
Jadi rencananyaa aku mau ceritaa lagi nihh
Semoga pada gasabar nunggu yak?!!
#ngarep! Wkwkwk
Cusssssss
5 Maret 2020
Langganan:
Postingan (Atom)