“Saya langit om, berniat untuk melamar rindang”. Rindang tidak begitu terkejut, karena memang langit tidak suka main-main. Ia serius dengan rindang. Rindang kemudian tersenyum. Ia tidak menyangka akan menikah dengan cepat. Lalu dalam persiapannya, seminggu kemudian hujan kembali datang. Rindang terkejut. Dan kemudian terlena, ia merasa dirinya belum siap untuk menikah. Dengan cepat rindang membatalkan lamarannya dengan langit.
Malam itu langit datang kerumah. Wajahnya begitu muram, menahan sedih. Matanya sendu sekali, baru kali ini rindang melihat langit sesedih itu, langit kemudian menangis. Juga rindang. Keduanya bukannya saling sayang?
Sebulan kemudian, hujan bertemu dengan rindang. Mereka sama sama mendengar kelurganya mengobrol, saling temu pandang. Rindang mengaggap hujan mungkin juga suka padanya. Entah bagaimana sebenarnya makna tatapan menurut hujan sendiri. Lalu hujan kembali menghilang.
Lalu rindang kembali aktif pada organisasinya, ia mengenal seorang lelaki lagi, namanya awan. Awan pekerja keras dan sayang sekali dengan kelurganya, tidak lama hubungan meereka saling mengenal, ternyata awan belum menuntaskan masalah hatinya dengan seorang wanita. Wanita itu juga dikenal oleh rindang. Rindang paham sekali, wanita itu sangat mencintai awan. Rindang mundur perlahan, kembali mengenyampingkan perasaannya demi kebahagiaan orang lain. Walau mungkin dengan cara komunikasi yg buruk.
Hujan, masih terus mengisi hati rindang, lalu beberapa bagiannya masih milik langit. Lalu hujan yang masih menghilang itu semakin entah kemana keberadaannya. Rindang sedih. Namun kembali langit menjadi penghiburannya.
Kegalauan kembali menerpa rindang.
Lalu pikirannya dan mungkin hatinya perlahan melupakan hujan.
Pun ia tidak membuka hati untuk siapapun.
Dalam kegalauannya itu ia berdoa
“Bila nanti ada lelaki yang serius ya allah, yakinkan hatiku untuk memilihnya, hilangkan raguku, hentikan takutku”
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar