Minggu, 06 September 2020

Makna maaf

 Benar adanya,

Kata maaf mampu meruntuhkah ego

Menjinakkan prasangka dan

Meruntuhkah puing luka yang lama bersarang dalam hati

Maka kata maaf yang diucap dengan hati akan diterima pula oleh hati

Bandung, 1 september 2020

Selasa, 07 Juli 2020

Mencintai dalam diam (dalam-penutup)

Epilog

Sudah kubilang kan? Berharap pada manusia itu
Mengecewakan?
Bahkan aku saja menulis ini dengan derap emosi
Tapi tentu kita tidak bisa menyetir perasaan
Maka nikmatilah
Sakitnya
Sedihnya
Kecewanya
Karena kapal di arung laut itu
Tentu tidak terus menerus dihadapi ombak besar
Apalagi bila sudah sampai ketepian

Maka mencintaimu dalam diam itu
Menyenangkan
Biar ia menjadi akhir yang gantung
Hingga hati tak ingin mengungkitnya lagi


Mencintai dalam diam (dalam-8)

Perpisahan manis

Perpisahan kita itu manis
Karena setelah berpisah, nyatanya
Kita jadi mudah bersua
Bahkan bercakap
Mengapa harus begitu?
Apa karena aku ditakdirkan mencintaimu terus
Dalam diam?
Perjalanan 5 tahun mencintaimu itu
Kurasakan berat
Yaa...karena kamu perlu kutinggalkan dulu
Untuk mendekat
Apa karena bagiku juga,
Kamu hanya titik terang yang fana?

Oktober 2019

Mencintai dalam diam (dalam-7)

Pamit

Saat itu kamu tentunya masih dihatiku
Lalu, entah bagaimana
Bagian milikmu yang sempit itu
Telah pula di isi oleh orang lain
Dia berani sekali, memojokkanmu
Agar lekas pamit
Dan melalui jabatan tangan itu
Kamu meredup
Dan menghilang
Lalu setelah masih kutunggu
Kamu tidak lagi kembali
Jadi kamu sudah benar benar hilang ya?

Maret 2019

Mencintai dalam diam (dalam-6)

Ruang Untukmu

Hari hari belakang aku sadar
Bahwa kamu hanya tercipta 
Untuk bersemayam didalam hati
Bagiannya sangatlah sempit,
Aku yakin kamu tidak akan nyaman
Kuciptakan begitu agar kamu lekas pamit
Karena aku perlu kemenangan
Atas egoku
Ego untuk apa?
Agar tetap membersamaimu
Kemarin
Kini
Dan nanti

Juni 2018

Mencintai dalam diam (dalam-5)

Gerimis kita datang

Saat gerimis tadi kita dipertemukan
Setelah berapa lama saja aku lupa
Lalu matamu yang tajam itu memabukkan
Aku...tidak bisa menghiraukannya

Hanya saja wajahmu terus menyerang
Pikiranku tidak bisa lagi tenang
Seperti menyirami pohon yang gersang
Sebentar segar lalu kembali meradang
Menunggu gerimis kita datang

Juli 2017


Indah semesta alam berbicara
Itu di atas pipimu

Juli 2017

Mencintai dalam diam (dalam-4)

Titik Terang

Aku sedang berada dalam gelap
Kalap aku kesana kesini
Kehilangan arahku
Lalu aku bertanya,
"Aku harus kemana?"
Tak ada jawaban
Lalu seketika aku sadar
Aku hanya bertemu dan bertanya
Dengan diriku sendiri

Kemudian sebuah titik terang menghampiriku
Sorotnya seperti semenanjung
Dan indahnya matahari pagi
Tidak terang atau menyala
Hanya ia bercahaya tidak meredup
Bahkan ada yang mengusiknya

Sementara aku hanya dan masih
Memandangi indah kilaunya
Ia sederhana dan baik hati
Yang terdorong dari hatinya
Baru kali ini aku tidak dapat
Menggambarkan isi hatiku
Karena kamu adalah titik terangku
Terimakasih telah menuntunku
Dari gelap dan sedihnya kehilangan

Juni 2017

Mencintai dalam diam (dalam-3)

Mengapa begitu keras?

Kamu apa kabar?
Bagaimana ceritamu setahun belakang?
Kudengar kamu mampu menggapai citamu, ya?
Waah selamat!
Sedangkan aku kini terjebak pada hal...
Yang tidak aku tau sedikitpun
Huft, mengapa ternyata kamu begitu keras?
Dalam hal yang kamu inginkan
Dan mengapa aku begitu payah?
Terhadap inginku
Rasanya aku ingin hilang saja dalam kegelapan
Tapi lalu dalam kegelapan itu
Aku menemukanmu.

Januari 2016

Mencintai dalam diam (dalam-2)

Menjadi awal

Menjadi yang pertama kali tersenyum padamu
Itu menyenangkan
Karena kamu begitu dingin dan kaku
Hingga entah, aku jadi lebih...
Penasaran ?
Karena sorot matamu itu tajam sekali
Seperti menghalangi siapapun untuk memahamimu
Tapi aku kini makin penasaran
Apakah sorot matamu itu adalah,
Sebenarnya kamu?

April 2015

Mencintai dalam diam (dalam-1)

Prolog

Setiap manusia di anugerahi rasa dan ingatan, karena memang begitu kan hakikatnya? Selain itu, tentunya banyak AnugerahNya yang terus kita nikmati sebagai manusia. Saking banyaknya kemudian manusia lupa bersyukur, sampai kemudian manusia mencintai makhluk tuhan dengan terlalu mendalam, padahal pun mereka sadar, tidak mungkin manusia bahagia berharap dengan yang sejenisnya (baca :manusia)
Jadi kini, akan kucoba rangkai bagian-bagian kutipan saat (mungkin) seseorang (sempat) mencintai dalam diam dengan terlalu mendalam.

Jumat, 03 Juli 2020

Aku dan Alurnya (AKAD)

1 hari sebelum akad
Keluarga Rindang sudah berdatangan dari luar kota. Dalam keadaan hampir semua bahagia, Rindang selalu berpakaian rapi karena tamu dan keluarga terus berdatangan untuk bersilaturahmi. Rindang dan Langit memang jarang sekali bercakap melalui daring. Mereka hanya saling telpon untuk membicarakan hal penting, maka hari itu, ia tidak membawa kesana kemari HPnya, ia tidak melewati sedikitpun menit detik bercengkrama dengan saudara. Malam harinya, semua keluarga berkumpul "malam bainai" tradisi minang untuk melepas anak gadis yang akan menikah, om dan tante Rindang bergantian memberikan pesan pernikahan, hangat sekali suasana malam itu diiringi derai, tentunya. Malam itu pula, ayahnya banyak diam, ia hanya tersenyum dan tertawa sesekali. Apakah ayah berat melepasku? Tatap Rindang pada ayahnya. Guratan mata yang selalu memandang hangat pada Rindang dan berubah mengerikan saat mengetahui Rindang disakiti orang lain. Bahu lebarnya itu yang menopang berbalut peluh untuk menjaga dan menafkahi keluarganya. Ya Allah... mungkinkah suamiku nanti akan sekuat ayahku?

Hari akad
Rindang mendapat morning call dari wedding organizernya di jam 3 pagi, ia harus sudah di gedung jam setengah 5 pagi untuk makeup. Setelah menerima telpon, Rindang duduk sejenak di tepian kasur, di kanan kirinya saudara Rindang yang tidak begitu jauh jarak usianya masih terlelap. Bismillah, Rindang bergegas mandi dan bersiap ke gedung pernikahan. Saat sampai disana tim wedding makeup nya sudah siap, disambut senyuman mereka yang hangat, Rindang yakin dapat melewati hari itu dengan baik. Suara palu dari petugas dekor mengiringi proses makeup Rindang, mamanya, dan tante nya pun bergantian di beri riasan. "Tes tes 1 2 3" Rindang terdiam. "Degdegan ya teh? Biasanya pengantin degdegan kalau udah ada suara sound" Rindang tersenyum dan mengangguk. "Gapapa teh, bismillah ya insyaallah lancar"kalimat itu sangat menenangkan hati Rindang.

Rangkaian acara menuju akad itu berlangsung dengan sangat hikmat. Sebelum ijab qabul dimulai, Rindang membacakan puisi yang telah ia buat. Karena Rindang belum boleh keluar sebelum ijab qabul maka Rindang membacakannya dari ruang makeup, hanya suara Rindang yang terdengar di gedung itu.

Mama ayah
Hari ini kaka telah sampai 
pada persinggahan selanjutnya
23 tahun yang lalu, kaka singgah dalam pelukan
Mama dan ayah
Kala itu sangat bahagia
Kaka sangat bersyukur

Kata mama dan ayah 
Menjaga anak perempuan itu
Seperti membawa mutiara dari laut hingga ke tepian
Tidak erat menggenggam
Tidak serta merta melepas

Bagi kaka sewaktu kecil
Ayah adalah sosok yang tegas
Dan disegani
Namun seiring mendewasa
Ayah adalah lelaki terbaik
Ayah, peluh ayah kini akan berkurang
Kakak telah dijemput seseorang lelaki
Yang akan membimbing dan mencintai kaka
Seperti ayah
Mama
Terimakasih telah menjadi figur wanita hebat
Dimata kaka
Doakan kaka mampu menjadi istri dan ibu
Sebaik mama
Mungkin kehadiran kaka dalam keseharian
Akan berkurang
Tidak lagi kaka terlihat di kamar
Tidak lagi ada wajah cemberut di pagi hari
Atau candaan setiap malam di meja makan

Mama ayah dan adikku
Maafkan selama masa penantian ini
Belum menjadi anak dan kaka yang sempurna
Dalam membahagiakan
Atas tutur dan perilaku yang menyakitkan
Maafkan kakak

Terimakasih mama ayah
Telah mengantarkan mutiara hingga ketepian
Dengan tetap bersih dan suci

Air mata Rindang tidak keluar, hanya tertahan di pelupuk. Gugupnya bertambah ketika ijab qabul dimulai.

"SAYA NIKAHKAN ENGKAU...DENGAN PUTRI KANDUNG SAYA...." suara Ayah Rindang terus bergetar, air matanya mengalir saat itu. Suasana hangat haru disana dapat terasa jelas oleh semua tamu dan keluarga yang datang. Rindang menunduk, membantu proses ini dengan berdoa.

"SAYA TERIMA NIKAHNYA....DIBAYAR TUNAI"

Selesai sudah tanggung jawab orangtua terhadap anaknya. Ayah menangis, anak gadisnya telah dipinang oleh lelaki yang akan menemaninya melewati sisa usia. Diiringi doa orangtua diiringi restu dan kehendakNya. AlurNya sangatlah indah.

Semua keluarga mengucap syukur. Rindang lega, kini gilirannya menunjukkan wajah ke semua keluarga dan kerabat yang sudah hadir. Ia berjalan diiringi oleh sodara sodaranya dari ruang riasan. Didepannya lelaki yang kini ia panggil suami berdiri gagah sambil tersenyum menatapnya. Mereka saling berpandangan dengan hangat. Dengan suasana haru. Allhamdulilah. 29 Desember 2019

Seri "Aku dan AlurNya" allhamdulilah sudah tamattt
Nantikan cerita selanjutnya yaaap!!
Salammm


Aku dan AlurNya 6(aku akan pergi)

Hari hari sebelum menikah membuat Rindang berhasil.menurunkan beratnya hingga 5 kg. Pasalnya bukan karena persiapan membuatnya stress atau terlalu lelah mencari vendor. Konflik batinnya yang menyita waktu istirahat Rindang di malam hari. 
Sudah yakinkah saya? -Batin Rindang-

Pagi itu Rindang sedang bersiap untuk bekerja, ia rapikan baju dan kerudungnya. Ketika keluar kamar pemandangan hectic di pagi harii terlihat, ia hanya tersenyum, sebentar laagi ia tidak akan mendengar suara khas omelan mama dari dapur, ayah yang bersantaii sambil membaca surat kabar dan wangi masakan yang kian menyeruak. Tiba-tiba air matanya menetes begitu saja, Rindang langsung menyeka air di pipinya itu sebelum orangtuanya melihat. 

Hari-hari sebelum menikah adalah masa penuh haru yang akan dilewati semua wanita menuju pernikahan, karena setelah jabatan tangan antara ayahnya dan jodohnya itu tanggung jawab akan berpindah, peran seorang wanita akan berganti dan bertambah, sebagai anak, menantu, istri lalu ibu. Rasa itu sangat mengagumkan, namun sayangnya tidak ada orang yang sepenuhnya yakin terhadap sesuatu yang berjudul "pertama kali". Yaa seperti layaknya Rindang, ia baru pertama kali menikah.

Sepulang bekerja, Rindang mandi dan menjatuhkan badannya di kasur. Ia menatap langit-langit kamar yang menjadi saksi kehidupan gadisnya selama 23 tahun. Toktoktok "kaak, mama boleh masuk?"suara mama Rindang terdengar di daun pintu. "Boleh mamm" jawab Rindang. Mereka berdua bercengkrama sambil berbaring di kasur. Rindang banyak diam, sesungguhnya ia menahan isak yang terus menerus memaksa keluar. Seperti ia ingin merengek rasanya.

"Kaa...sebentar lagi mama ga akan bisa ngobrol sama kaka kaya gini, percaya deh, walaupun nanti rumah kaka sama mama deket kita ga akan kaya gini lagi, karena memang menikah akan mengubah banyak hal. Tapi kaka jangan takut, walaupun menurut mama, kaka terlalu sebentar hidup serumah sama mama tapi hidup harus terus berjalan dan meningkat ka, kaka sekarang akan meningkat statusnya menjadi yang lebih bertanggung jawab, menjadi istri dan akan menjadi ibu. Setelah menikah nanti, mama dan ayah ga akan bilang kalau kangen, ga akan nangis2 minta ditengokin kaka dan ga akan sering telpon, tapi mama yakin setiap mama ngerasa kangen perasaan sedih itu akan sampe ke kaka sebagai sinyal semoga saat itu kaka selalu peka untuk menghubungi kami duluan. Mama, ayah dan adik2 juga perlu adaptasi tanpa kehadiran kaka dirumah, pasti kami akan sedih bersama disini, tapi juga lega mama dan ayah bisa menjaga kegadisan kaka sampai kaka menikah. Kaka tau kan gimana cara mama ayah ngejaga kaka selama ini? Mama ayah ngelarang kaka pulang malem2, mama ayah terus pantau kaka kalau lagi dideketin laki laki, Karena jaga anak gadis itu susah kak dan Allah akan hadiahkan surga bagi orangtua yang mampu menjaga kegadisan putri nya hingga ia menikah, mama ayah lega insyaallah karena kaka menikah dengan keadaan masih perawan, ayah dan mama sudah dibuatkan rumah di surga. Terimakasih ya nak, sudah menjadi anak gadis yang baik dan mampu menjaga kepercayaan orangtua. Mama mau saat akad menikah nanti kaka tidak menangis, nangislah sebelum hari akad kak, menangis sepuasnya dan nikmati hari hari terakhir kaka dirumah" tangis Rindang dan mamanya pecah. Isaknya yang sudah membendung besar bertumpah ruah malam itu.

Iya ma...terimakasih telah menjagaku dengan sangat baik, juga ayah lelaki paling tulus mencintaiku. Tanpa mengharap balasan. Tanpa mengharap balasan.

Kamis, 05 Maret 2020

Aku dan alurNya 5(lamaran)

Oktober rindang lamaran, hanya sederhana.mengundang keluarga dekat, ia berniat memberi tau hujan. Ia yakin hujan pasti sudah tau berita ini dari ibunya.

Rindang : aku akan lamaran sabtu besok
Hujan : hah?
              Lamaran?
              Kok? ._.
Rindang : emang belum tau?
Hujan : belum, baru tau sekarang

Rindang kaget. Ia lalu menangis. Dalam hatinya berjanji ini tangisan terakhirnya. Malam lamaran itu rindang bersiap siap, rumah sudah di dekor dengan manis menyambut keluarga langit. Rindang tau ia harus membuang apapun kenangan yg mengganggu hatinya dan keyakinannya pada langit. Malam itu rindang bahagia, terlebih ia tau hujan tidak akan datang. Lalu tiba tiba wa di hp rindang berbunyi

Hujan : shareloct lewat wa ya

Rindang terpaku.

Ternyata acara berjalan lancar walau awalnya rindang tidak bisa tenang karena gugup, acara selesai saat makan makan hujan datang. Rindang tidak kaget, tidak juga sedih. Hatinya sudah sepenuhnya luruh, dalam jabatan tangan antara rindang dan hujan.

Rindang pun telah mengikhlaskan semua perasaannya. Dalam hari lamaran itu, ada perasaan yang luruh, ada cinta yang terus dibangun untuk tumbuh.

Apa yang telah Allah gariskan tentu yang akan berakhir indah hingga kapanpun, insyaallah, Aamiin

(Bersambung dulu yaaaaaa, aku harus bersiap untuk pulang) hihihi

Jumat, 6 Maret 2020

Aku dan alurNya 4 (aku memilihmu)

Hari jumat itu, rindang mengawali harinya bermain dengan seorang anak cerebral palsy. Ibunya kuat dan baik sekali. Bertanggung jawab bagaimanapun keadaan anaknya, ia bercerita. Sedikit kalimat yang rindang suka :
“Teh, intinya menikah itu toleransi, saling mengerti, memahami. Kadang mungkin jodoh bukan yang kita bayangkan, bahkan sempat bukan orang yang kita ingin, tapi kalau teteh baik, jodoh teteh juga orang baik, yang sayang teteh apa adanya, dan mau sama sama berjuang. Kerja keras membangun keluarga”

Malamnya, di meja makan ayah membuka pembicaraan.
“Kakak tadi langit dateng lagi, dia mau ngelamar kakak, tapi gausah kk langsung jawab, coba istikharah dulu aja”

4 hari, rindang hanya minta waktu 4 hari.
Lalu rindang merasa yakin, takutnya sirna, ia bahagia telah memiliki pintu baru. Yang kemudian akan ada seseorang yg menemaninya melewati hari sulit. Proses lamaran-menikah tidak begitu lama, hanya 3 bulan.

Aku dan alurNya 3 (yakin?)

“Saya langit om, berniat untuk melamar rindang”. Rindang tidak begitu terkejut, karena memang langit tidak suka main-main. Ia serius dengan rindang. Rindang kemudian tersenyum. Ia tidak menyangka akan menikah dengan cepat. Lalu dalam persiapannya, seminggu kemudian hujan kembali datang. Rindang terkejut. Dan kemudian terlena, ia merasa dirinya belum siap untuk menikah. Dengan cepat rindang membatalkan lamarannya dengan langit.
Malam itu langit datang kerumah. Wajahnya begitu muram, menahan sedih. Matanya sendu sekali, baru kali ini rindang melihat langit sesedih itu, langit kemudian menangis. Juga rindang. Keduanya bukannya saling sayang?

Sebulan kemudian, hujan bertemu dengan rindang. Mereka sama sama mendengar kelurganya mengobrol, saling temu pandang. Rindang mengaggap hujan mungkin juga suka padanya. Entah bagaimana sebenarnya makna tatapan menurut hujan sendiri. Lalu hujan kembali menghilang.

Lalu rindang kembali aktif pada organisasinya, ia mengenal seorang lelaki lagi, namanya awan. Awan pekerja keras dan sayang sekali dengan kelurganya, tidak lama hubungan meereka saling mengenal, ternyata awan belum menuntaskan masalah hatinya dengan seorang wanita. Wanita itu juga dikenal oleh rindang. Rindang paham sekali, wanita itu sangat mencintai awan. Rindang mundur perlahan, kembali mengenyampingkan perasaannya demi kebahagiaan orang lain. Walau mungkin dengan cara komunikasi yg buruk.

Hujan, masih terus mengisi hati rindang, lalu beberapa bagiannya masih milik langit. Lalu hujan yang masih menghilang itu semakin entah kemana keberadaannya. Rindang sedih. Namun kembali langit menjadi penghiburannya.
Kegalauan kembali menerpa rindang.
Lalu pikirannya dan mungkin hatinya perlahan melupakan hujan.
Pun ia tidak membuka hati untuk siapapun.
Dalam kegalauannya itu ia berdoa
“Bila nanti ada lelaki yang serius ya allah, yakinkan hatiku untuk memilihnya, hilangkan raguku, hentikan takutku”

Aamiin.

Aku dan alurNya 2 (mengagumi)

Setengah tahun rindang bekerja di tempat baru, Rindang menjadi wanita yang seusngguhnya kehidupan keluarganya mulai berbahagia, Rindang pun begitu, lebih memikirkan penampilan ia jadi suka merias diri. Kemudian suatu kabar (entah baik atau tidak untuk rindang) datang. Matahari akan segera menikah. Rindang manahann isak, mamanya tau bahwa ia suka hujan bukan matahari. Jantungnya berdegup. Ia tidak menyangka cinta monyet itu bisa begitu kuat membuat Rindang sedih. Dalam kegalauannya, Rindang berharap segera Allah SWT hadirkan seseorang yang mampu menghibur Rindang. Ternyata bukan hujan. Ku perkenalkan lelaki yang baru. Yang perlu pembaca pahami, Rindang tidak pernah mempermainkan perasaan lelaki. Ia hanya pengagum setia. Mencintai tanpa alasan, menunggu tanpa kepastian. Lelaki ini manis, pintar dan lembut tuturnya. Akan kunamakan ia langit. Langit datang dengan pesona kesabarannya pada Rindang. Mantan pacar Rindang. Saat SMA rindang pernah berpacaran dengan langit, mereka putus karena Langit tidak ingin pacaran. Kemudian Rindang tidak mudah oercaya dengan kehadiran langit. Baginya, langit hanya ingin berteman. Namun dapat diakui, kehadiran langit membuat Rindang cukup terhibur dengan perasaannya “ditinggal nikah”.

1 semester berlalu, pada musim yang mendadak datangnya, hujan kembali hadir. Kali ini dengan aura yang berbeda, Hujan lebih baik dalam berkomunikasi, fakultas kedokteran itu membuat hujan lebih komunikatif. Aneh. Rindang bisa langsung kembali menyukai Hujan. Tidak peduli saat itu perhatiannya sedang teralih oleh langit. Matanya masih saja menyejukkan. Setiap rindang betemu hujan, ia lebih semangat dalam berkuliah. Ia ingin juga aktif sebagai mahasiswa. Betul, jaring pertemanan rindang kian melebar. Ia aktif dalam kegiatan, sebagai ketua dan penghibur organisasi.

-sebelum wisuda, masih pada tenpat bekerja Rindang yang pertama-
Pada pernikahan matahari, rindang memilih tidak datang, perasaannya masih berat. Saat itu hujan hadir. Rindang membuat story instagram, lalu hujan meresponnya dengan membalas. Seperti penghiburan, entah mengapa Rindang sebahagia itu.
Rindang izin dengan bosnya untuk tidak bekerja karena akan menghadiri wisuda. Dan tau apa berikutnya?
Rindang telah mengundang hujan ke tempat wisudanya. Bahkan ia tidak mengundang langit.
Saat itu ternyata Rindang menjadi lulusan terbaik. Ia bahagia sekali, dan bersyukur. Ditengah para wisudawan,  ia berjanji dalam hati “bila hujan tidak hadir, maka penantianku 3 tahun ini biar lapur saja”. Lalu sebelum janji profesi, rindang melihat hapenya.
“Maaf aku tidak jadi datang, rindang” rindang bersedih, matanya berkaca kaca. Ia harus menepati janjinya. Kejutan bagi para lulusan terbaik adalah oenghiburnya, orangtuanya diminta kedepan di gandeng oleh rindang. Ia mama dan ayahnya menangis. Terharu, bahagia.

-kembali ke cerita tempat kerja baru rindang-
Ia menikmati harinya sebagai wanita karir. 1 tahun hampir setahun ia mulai bosan, dengan lelah bekerja dan kesepian didalam hati. Jujur dalam hatinya masih memendam hujan. Namun ia hempas begitu saja, sesuai janjinya.

Galau...
Sedih....
Sepi....
Bahagia....
Tapi rindang merasa ada yang kurang
Cepat atau lambat kesedihan ini berangsur terganti bahagia kan? Pikir rindang.

Aku dan alurNya

Ada suatu kisah, mengenai penantian panjang dan pada hamparan tanah, berkelok.

Beberapa bulan sebelum wisuda, seorang wanita yg saja dapat kusebut rindang, mencoba peruntungannya untuk bekerja. Aku mengenal rindang, seperti diri ku sendiri. Ia selalu tidak begitu peduli dgn dirinya sendiri, menurutnya, dengan dirinya semua orang perlu bahagia. Termasuk juga masuk kedalam jurusan kuliah yg kini mengantarkan ia bekerja.

Rindang bekerja dibidang sosial, perlu hati dalam setiap hal yang ia lakukan. Namun itu bukan beban. Rindang sudah menikmatinya. Keluarganya, sempurna. Kini, karena Rindang lahir ditengah pendewasaan hubungan kedua orang tuanya sebagai pasutri. Lalu masalah percintaan, ia tidak begitu mujur, maksudku ia belum begitu beruntung lebih tepatnya Rindang tidak begitu peduli, namun sebetulnya ia pemendam cinta. 1 2 3 4 tahun ia memendam begitu saja perasaannya.

-9 tahun sebelumnya-
Dalam krisis kebahagiaan Rindang terus merasakan akibat pendewasaan orangtuanya dalam menikah.  Rindang tumbuh menjadi anak yang tomboy, ia galak dan tidak memiliki banyak teman. Suatu hari didepan rumahnya ia melihat sepatu mirip milik ayahnya didepan pintu, 2 pasang. Ketika masuk seorang lelaki tinggi, berkawat gigi tersenyum pdanya. Matanya ramah sekali. Rindang begitu terpesona pada lelaki itu. Lelaki itu meminta orang tua Rindang menjadi walinya karena lelaki itu bersekolah di SMA asrama. Akan kunamakan lelaki itu, matahari. Karena lelaki itu selalu bersemangat dan mampu sedikit memberi cahaya pada (sesungguhnya) hati Rindang yang kala itu sering bersedih melihat orang tuanya. Minggu ketemu minggu matahari sering ke rumah Rindang, mengajak Rindang ngobrol dan bahkan membelikan makanan. Rindang akhirnya terus menunggu hari minggu. Pada satu ketika, matahari jarang lagi datang kerumah Rindang. Kembali, Rindang kesepian. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya.

2 bulan bekerja, ia kelelahan, tempat kerjanya dan rumah berjarak 2 jam. Naik kereta dan naik motor telah dicobanya, Rindang tumbang dan menyerah.

-4 tahun sebelumnya-
Rindang, sangat sayang dengan neneknya, ia sayang sekali dengan eyang. Takdir Allah SWT menggariskan eyang terkena penyakit, perlu perawatan intensif, sampai eyang menjadi pikun. Pada kegalauan lebaran itu, seorang wanita dan lelaki datang kerumah eyang, yang baru Rindang lihat, ternyata itu adik eyang. Rindang harus memanggilnya kakek dan nenek, walaupun usianya tidak jauh dari mama dan ayah. Ternyata kakek dan nenek juga memiliki anak seumur Rindang yang sekolah di kota Rindang tinggal, anak itu ku beri nama Hujan. Rindang familiar dengan nama sekolah Hujan, sahabat Rndang pun ada disana. Alih alih penasaran, Rindang bertanya pada temannya. Hujan ternyata anak yang pintar, sekilas dari fotonya. Ia lumayan. Cukup tinggi dan berkacamata. Hanya sekilas, Rindang cuma ingin tau anak dari kakek dan nenek yg sangat baikk sekali itu.
Seperti takdir sebelumnya, Rindang bertemu dengan hujan. Kakek dan nenek memang meminta ortu Rindang untuk buka puasa bersama. Saat itu Rindang yg memang mandiri ia selalu bawa motor kemana mana.
“Hujan ke sekolah naik motor?” Tanya mama rindang
“Engga kak motor bikin macet” jawab hujan
“Mobil kali yg nyempitin jalan” ujar Rindang.
Dimulai obrolan panas, cukup untuk Rindang menilai hujan. Hujan terlahir kaya, ia difasilitasi banyak hal berbeda dengan Rindang. Perlu sabar menunggu dan keeja keras untuk dapat yg Rindang inginkan.
Lalu pesenan makanan Rindang datang. Ia makan iga bakar dengan nasi, sedangkan hujan memesan daging dgn kentang. Menu yg berbeda. RIndang terlalu ketergantungan dgn nasi. Pada saat pesanan rindang datang, hot plate nya sulit untuk diletakan, lalu hujan membantu menyingkirkan benda yg ada didepan rindang. Rindang diam. Saling berpandangan dgn hujan, ia mengerti, komunikasi kadang tidak begitu mencerminkan kepribadian seseorang.
Hanya 1 kali bertemu, Rindang anehnya tidak mampu melupakan tatap mata hujan. Sejuk sekali, juga harum serupa debu disapu hujan di siang hari. Ya juga layaknya hujan, hanya datang pada musim tertentu. Setahun kemudian Rindang kembali bertemu dengan hujan, kala itu mereka sedang sibuk mendaftarkan diri kuliah. Rindang masuk ke jurusan pemerhati orang tua dan anak berkebutuhan khusus. Sedangkan hujan, ia masuk fakultas kedokteran. Rindang takjub. Lelaki itu sangat bekerja keras untuk apa yang ia inginkan.
 Terlebih, ia lebih mengerti perasaannya. Ia menyukai hujan, seperti sebelumnya ia menyukai matahari. Keduanya memiliki sifat yang berbeda. Namun mampu mengisi hati Rindang dengan rapi

Tempat kerja berikutnya kemudian mengantarkan Rindang di kedamaian bekerja, ia punya sahabat ia punya keluarga baru. Waktu kian berlalu, Rindang kemudian menikmati hasil usahanya dalam bekerja, ia mampu membeli apa yang ia inginkan.


Rabu, 04 Maret 2020

Hujan menggiring-i aku


Pagi inii hujann...dingiiinnnnnn.....brrrrrr *gitu ekspresinya
Jadi hujan menggiring aku kembali menuliss!!! Haaaaaiiii!!
Pa kebss? (Baca : apa kabar?) wkwkwkwk

Ku sekarang sudah memiliki kehidupan baruu loh, yg kata orang belakar kehidupan sesungguhnya
Menyenangkan
Membahagiakan
Diiringi baper setitik
Dan galauu kadang kadang

Jadi rencananyaa aku mau ceritaa lagi nihh
Semoga pada gasabar nunggu yak?!!
#ngarep! Wkwkwk

Cusssssss

5 Maret 2020