Kamis, 28 November 2019

Akibat lagu pekat dan serpihan hati (edisi gegana)

Padahal seharusnya
Dan nyatanya sebentar lagi
Namun pekat ini
Ketika yang lalu
Tapi ia kembali menghantui
Benci sekali...pekatmu
Pertemuan singkat yang hanya beberapa kali itu
Mengapa membekas sekali?
Bahkan ketika hari ini
Bahkan ketika aku seharusnya sudah bahagia
Pekat itu masih saja menengahi kami
Apa maumu?
Karena setiap iseng dalam kalimatmu itu
Saat ini aku masih ingat
Mengapa apa maumu?
Pergilah.
Tidak perlu kembali
Bahkan dengan wujudmu
Bahkan mengenai pemikiranku
Tentang dirimu.

Jumat, 22 November 2019


Rangkaian kalimat diatas berkesan bagi saya untuk beberapa bulan ini
Karena semakin hari (yang mengambil jatah usia itu) kita akan terus diperkenalkan dengan orang orang yang baru, dengan karakternya dan juga keunikannya
Juga semakin perlu belajar, bahwa setiap orang dengan keunikannya tidak serta merta sama seperti apa yang kita harapkan
Lalu  hikmah atas itu apa?
Kita perlu terus belajar lebih toleransi
Walau kadang mungkin menyita emosi
Terkadang sering ingin memarahi
Tapi berbuat baik nyatanya tidak pernah menghasilkan rugi
Dan setiap hal yang terjadi sesungguhnya mendukung kita agar menjadi pribadi yang lebih baik. 
Yang kehadirannya disenangi orang lain
Yang ketidakdatangannya menyertai rindu membekas. 
Belajar menjadi seperti itu yuk? 
Kataku pada diri sendiri didepan cermin
"aamiin" 

Bandung, 22 November 2019


Kamis, 17 Oktober 2019

Mendung kita sama

Mendung hari ini,
Serupa sekali dengan langit kala itu
Saat mendengar kabarnya
Saat ia berjanji didepan walinya
Dan hari ini mendung
Seperti hatiku
Mendung dalam keadaan bahagia

Jumat, 18 oktober 2019

Kamis, 19 September 2019


Hallo!

Dari tempat saya bekerja
Lebih tepatnya, dari ruangan yang biasa saya pakai bekerja
Saya dapat melihat hamparan langit dan dataran lapang yang cukup luas
Tapi bukan itu yg menarik perhatian saya
1 pohon yang cukup besar terlihat...kokoh?
Saya jadi ingat pelajaran IPA saat SD dulu
"pohon itu hebat, bisa menghasilkan oksigen, itu kenapa kalau dibawah pohon rasanya sejuk dan segar" betul sih
Tapi seiring bertambahnya usia, mungkin bisa disebut semakin saya menua dan belajar dewasa
Tidak perlu berada dibawah pohon, melihatnya dapat membuat pikiran sejuk

Seperti cerita saya dengan pohon ini, saat saya (mungkin) sedang senang, kalut atau memiliki sedikit masalah
Melihat pohon-pohon itu rasanya menyenangkan, dilatarbelakangi awan biru dan menjadi lebih terik siang hari lalu kembali meredup pada sore.
Kemudian pohon dan daun itu hampir habis masanya
Bunganya layu dan gugur, kemudian satu persatu daunnya berjatuhan
Menunggu kembali tumbuh daun dan bunga yang baru, mekar. Kembali indah

Bukankah seperti itu pula siklus manusia?
Kita mengalami fase bermekaran bahagia, dan lalu menjadi layu.
Tidak perlu sedih lagi ya?
Bila hari ini sedang buruk dan besok
(masih buruk)
Pada akhirnya akan tetap indah
 menjadi bermekaran

Bandung, 20 september 2019

Selasa, 17 September 2019

Pesan yang tak tersampaikan

Hai mata yang indah
(setidaknya hingga awal tahun kemarin)
Aku duluan ya,  maaf
Aku sudah hampir sampai.
Doakan aku cepat sampai dengan selamat
Juga untukmu. Salam

Bandung, 18 September 2019

Rabu, 11 September 2019


Tangan

Untuk segala lelah
Membereskan rumah, mencuci banyak hal
Memasak atau sekedar menuang air dalam gelas
Melihaikan jari mengetik pesan
Menolong orang lain
Memberi manfaat

Bekerja mencari keberkahan
Berjabat dengan kawan
Merangkul anak penuh kelembutan

Untuk peluh pergerakan ke segala arah, 
Sepanjang hari
1 pasang tangan 
mampu menghasilkan berjuta kebaikan
Kebaikan yang di pimpin 
Oleh 1 otak ber-tak terhingga saraf
Terimakasih
Tangan

Bandung,  12 september 2019

Minggu, 08 September 2019

Menjadi tenang?

Sulit sekali
Untuk menjadi tenang
Sementara,
Genderang, deru, riuh
Manusia berlagu syair
Terngiang dari segala arah
Seperti panahan
Atau peluru logam
Kian menancap

Bandung, 9 september 2019

Sabtu, 31 Agustus 2019

Hatinya Mutiara

Karena sebelum ini,
Aku sudah sekian kali singgah
Menepi
Sementara kapal terus berlayar
Pilihannya kembali sama
"mau menetap disini?"
"belum" jawabku

Yang dimata serupa sempurna
"masih belum" kataNya
Berlayar kembali aku, dengan kapalku
Sendirian.

Mulai lelah,
Tidak ingin memulai lagi
Berlayar sendiri tidak buruk
Kapalku terus berjalan, hanya saja
Semakin menua, semakin meletih
Gamang, galau

Kembali aku menepi
Pulau ini indah sekali...
Rerimbunan pohon
Kicauan burung
Tanda alam tenang masih asri

"Sekarang, menetap!?"
"ku pikirkan dulu, ku jawab kemudian"

Beberapa hari
Beberapa minggu
Beberapa bulan

"iya, aku akan menetap, lalu kemudian aku kembali berlayar, namun tidak sendirian"

Tulisanku belum selesai

Bandung, 1 september 2019


Minggu, 16 Juni 2019

Samudra dan Awan (VI)

Kali ini, samudra kembali sendiri. Petir telah menang, menarik awan kembali ke pelukannya. Lalu penulis dalam cerita ini menyesal, mengapa harus dinamai awan? Terasa berat sekali, ketika keluar rumah, kemanapun melangkah, bukankah awan yg mengelilingi bumi dan membungkus semesta?

Sampai waktu yang belum dapat ditentukan, samudra masih saja bersembunyi.

TAMAT

Rabu, 05 Juni 2019

Samudra dan Awan (V)

Senja ini, samudra mengalami ombak yang sangat besar, menggulung gulung, petir ikut mengiringi derasnya.
Awan sedikit tersibak kilatnya. Semengerikan itukah awan? Pikir samudra. Pada suatu waktu, kilat itu menyambar ombak samudra. Di lesatkan dengan kerasnya samudra oleh kilat tersebut. Kilat pernah menjadi bagian dari hidup awan yg samudra kenal! Oh ternyata dia kilat itu. Di satu sisi, kilat terus menghujam samudra, membuat samudra menjadi.... Membenci awan? Belum.
Samudra berusaha tenang, menenangkan ombaknya, menjaga hatinya, menjaga awan dan menjaga kisah mereka. Lalu di senja itu, kilat masih terus, tanpa lelah mempengaruhi samudra. Pada suatu titik, samudra melemah, iya bingung dengan apa yang harus ia putuskan. Perasaannya kah?  Atau perasaan kilat yang belum mau melepas awan pergi. Sedih sekali, bila perlu memilih, tidak perlu ada perjumpaan itu bukan? Tidak begitu. Samudra sangat menikmati, perjumpaan tersebut. Bukankah baru kemarin kalimat "jalani dulu saja" terlepas dari gumpalan ombak samudra itu? Mengapa begitu cepat?
Tanpa disadari. Satu hal yang tetap samudra pandang siang dan malam itu awan bukan?
Samudra selalu menegaskan, awan yang ia punya (sampai saat ini)  tetap sama. Lalu bagaimana cara agar dapat berpindah?
Dalam bisikan gusar ombak samudra "yang mau menyakitiku sudah banyak, haruskah kau menjadi salah satunya untuk tidak memperjuangkan aku awan?" dalam sendu penutup senja hari ini, samudra tetap gusar. Menunggu ditarik awan, atau dilepas jauh dan tidak kembali lagi.

Merak, 5 Juni 2019

Senin, 03 Juni 2019

Samudra dan Awan (IV)

Hari ini samudra kelewat bahagia, sampai tidak bisa tidur katanya.
Awan yang baru saja ia jumpai mendadak sempurna, susah sekali mencari celah rasanya, untuk membenci (?)
Untuk mempersiapkan perpisahan yang tidak diinginkan.
Tapi samudra masih saja berusaha menahan apa yang ia rasakan, katanya khawatir bila nanti... Bila nanti.

Dalam dingin udara dan semburat wajah awan, yang meneduhkan. Samudra memejamkan matanya "kita jalani dulu saja" dalam hati bergumam seraya menikmati terpaan angin diatas kulit yang sedang didalam genggaman hangat tangan awan.

Dijalan, 3 Juni 2019

Rabu, 29 Mei 2019

Bila

Menurutmu, 
Bagaimana bila saja kamu, menjadi orang baru dalam persinggahan?
Biasa saja. 
Lalu bagaimana bila saja kamu, menjadi pengganti bagi orang yang baru saja pergi? 
Maksudnya bagaimana? 
Maksudku, aku si orang baru, tempat yang aku singgahi baru saja ditinggal pemiliknya... 
Ya terus kenapa? Bukannya memang seperti itu biasanya? 
Bukan itu, iya tapi... Terlalu cepatkah bila aku menempatinya sekarang? Atau aku terlalu muluk meminta si empunya tempat melayaniku dengan baik? 
Sederhananya seperti ini, bila dia yang pergi adalah pemiliknya, maka ia akan kembali pulang.
Oh ya... Itu yang perlu aku pastikan.

Tanggal merah, 30 Mei 2019

Ombak

Mungkin aku terlalu lama
Dikukung gelap menjelma malam yang panjang,
Sendirian
Sebab setelah itu aku seperti dingin
Dan terlalu takut.

Kadang aku tidak paham
Hanya saja ombak itu masih sering pasang
Andai kau mengerti
Aku sudah sangat berusaha meredamnya
Hingga akhirnya lelah
Tenggelam tergulung ombak
Ke tengah laut
Dan kembali tenggelam lagi
Sendirian.

Pikiranku bercabang, 29 Mei 2019

Jumat, 24 Mei 2019

Rumah untuk pulang

Salah satu teman saya (laki-laki)  sedang di uji jarak karena istrinya harus menyelesaikan studinya. Beberapa kali saya liat ia tenggelam dalam komunikasi 2 arah via telepon genggam. Raut wajahnya bahagia sekali... kerut disekitar mata, senyum yang tersungging lebar dan suara yang meneduhkan sepasang telinga di seberang.
Pada suatu siang, saya bertanya padanya "kang, gimana sendirian dirumah tanpa istri? " lalu lawan bicara menjawab "hmmm gimana ya mut.. Rasanya seperti ada yang kurang dan hilang, semangat sedikit menurun, aku berasa setengah gitu. . pulang kerumah rasanya seperti bukan pulang" jawabnya. Bukankah definisi pulang menjadi berubah? Bukan hanya rumah maksudku. Betulkah?

Lalu saya menjadi teringat pada almarhum andung (kakek)  saya di Lampung, sepeninggal istrinya atau eyangku, andung menjadi lebih pemurung (?) dan mudah sekali menangis ketika cucunya telpon. Ketika mudik beberapa bulan sebelum andung meninggal, andung berkata pada saya : "tia, rumah ini sepi ya ga ada eyang, rumah ini bukan lagi seperti rumah setelah eyang meninggal" saya yang mendengar hanya diam. Memang terasa sekali perbedaannya setelah eyang pergi rasanya...dingin serupa tak bernyawa lagi.

Juga saat mama harus pergi ke undangan saudara di luar kota. Saya dan adik adik ditinggal bertiga dirumah, hanya sementara. Tapi setiap pulang kerja rasanya menjadi beda. Tanpa ada suara minyak dipanasi setiap pagi atau suara pot tanaman tersiram air di sore hari, hal kecil yang mama lakukan terasa....kurang bila bukan beliau yang melakukannya. Karena setiap hari begitu? Mungkin. Rumah bukan rumah tanpa mama.

Istri, mama, eyang ialah  perempuan yang akan selalu menjadi tempat pulang bagi suami, anak dan cucunya. Sejatinya, semua hal yang didasari atas ketulusan akan berbuah kebaikan, karena ketiganya sudah berhasil menyayangi dengan tulus dan akan terus menjadi rumah bagi kami untuk pulang. Pun suatu saat akan berpulang, rumah tetap rumah. Doa yang terpanjat selalu paham kemana ia harus pulang, mendoakan ibu, istri atau nenek yang sudah meninggal.

 Rasanya jarak begitu berarti saat ini, dalam penantian dan takdir bahwa aku akan segera menjadi tempat untuk pulang bagi suami dan anak anak suatu hari nanti. Semoga.

Grandsharon, 24 Mei 2019

Rabu, 22 Mei 2019

Samudra dan Awan (III)

Sebuah catatan kecil samudra

Bagi samudra, awan itu hanya 1
Dan bila suatu saat awan hilang
Maka samudra akan tetap mampu melihat awan...
Karena awan yang ini begitu luas dan indah untuk dipandang
Bila suatu saat awan hilang,
untuk samudra,
maka ia akan tetap memandang awan, tidak peduli awan sengaja menjauh atau bersembunyi
Karena awan begitu luas... Dan samudra akan tetap mampu melihatnya
Tidak peduli mungkin samudra perlu lebih menahan ombaknya tetap terjaga.
sulit ? Pasti, bagaimana bisa samudra mengendalikan gelombang?
Karena tanpa disadari awan begitu berarti...bagi yang menunggunya

Malam ini memang sendu, 23 Mei 2019

Malam ini sendu

Malam ini sendu sekali
Di hidung,  mata dan hati
Semuanya seperti kompak menyerangku
Dari segala arah...
Mereka juga kompak membuat aku seperti,  lemah (?)
Entahlah, hanya saja malam ini...
Sendu...
Sendu sekali...

23 Mei 2019

maaf

Dalam suatu keadaan tertentu
Dari 2 kepala dan hati di tubuh yang berbeda, 
Maka mencapai seiring-sejalan itu sulit
Yang dimaksud hati tak tersampaikan
Yang direncanakan akal sulit terwujud
Terlebih jika itu mengenai kekhawatirannya...yang berlebihan (?)
Dan menarik seseorang masuk kedalam mungkin ide buruk
Karena seseorang dengan suatu kekhawatiran tertentu akan terlihat lebih...menjaga (?)
Hingga akhirnya ia lupa dan kekhawatirannya berganti
Dan maaf bila aku memaksa kamu masuk... Apapun, aku akan tetap bertanggung jawab bila diperlukan

Malam ini sendu, 22 Mei 2019

Minggu, 19 Mei 2019

Semenjak...

Semenjak tadi malam,
Maka membaca pesan di surelku
Ialah definisi bahagia dan sekarat
yang menyenangkan
Seperti aku kaku lalu bergejolak
Lagi dan lagi.
Tapi aku kecanduan.
Dan semenjak tadi malam,
Maka pesan singkat darimu
Adalah definisi bahagia yang akan terus
Aku kutip.

Tanggal 19 mei saja

Maaf. Ya

Maaf.
Maaf ya.
Maafin aku.

Kalau semua hal itu diteruskan,
Pastilah bentuknya seperti timeline di hari lebaran.
Bukan itu maksudku.
Malam ini mungkin aku kembali membuat ragu si tuan. Katanya ia tidak suka tempat ramai, tapi aku suka....
Dan aku memaksanya untuk bertahan di keramaian
Egois sekali aku.
Tapi bukan lagi itu maksudku
Aku ingin ditarik olehmu ke tenang dan bersembunyi ditempat kesukaanmu itu.
Ups, maaf aku kembali memaksamu
Aku hanya ingin ikut...
Dengan kamu tapi ya?

19 Mei 2019

Samudra dan Awan (II)

Kali ini pemikiran samudra mulai terbuka,  dipikirannya bukan hanya tentang "awan mungkin terlalu terbiasa mendekati wanita sehingga pergerakannya begitu....halus". Pemikirannya berganti "jadi bagaimana agar ia tetap tinggal, denganku? ". Masih dengan rona nanar yang terpancar, suatu keadaan memaksa mereka dekat dalam jarak... Dengan waktu yang lama. Samudra merasa manis, memantaskan diri berdekatan dengan awan.

Suatu ketika, Awan masih senang bersembunyi, tapi ia sembunyi sendirian... Mendadak bergejolak, hati dan pikiran samudra bercabang. Dalam kemuraman itu,  awan berubah menjadi gelap, dingin sekali. Rasanya beku, seperti.... Terjebak di lemari es (?) Kemudian samudra sadar, saat ini bukan lagi mengenai pengakuan atau kebanggaan dalam pelukan mega sang awan. Ia perlu mengatur egonya, agar tidak kehilangan (?) mungkin, anggap saja begitu.

Balutan angin malam, di perjalanan. Seperti sepasang kekasih, jalanan itu lengang sekali... Hangat dalam dingin atau mendadak kuat walau demam. Samudra merasa nyaman, masih bergumam dalam hati "mengapa aku merasa sayang?". Semenit kemudian samudra berbahagia, "sayang, tapi belum" ujar awan. Samudra bahagia di ikuti dengan rasa yang kembali bergejolak, lalu pemikiran samudra kembali tenang. Ia memang selalu terburu buru- tapi entah kenapa-dapat setenang ini menghadapi awan.  Awalnya, bagi samudra semua hal harus segera pasti, terikat (?). Dan awan mampu meredamnya. Samudra dan awan bercengkrama menikmati skenario indah semesta. Berdua. Hingga akhirnya dipisah detik yang tak mengerti bagaimana cara melambat agar dapat mengulur waktu. 

Kiokopi tempat kesukaanku, 19 Mei 2019

Sabtu, 18 Mei 2019

Penulis nya diam

Waktu itu aku bertanya pada hembus daun telinga udara malam
Apa kelemahan penulis?
Lalu ia jawab
Ketika pipinya mengembang
Warnanya merah
Dan matanya tenggelam
Kerutan sekitar matanya banyak sekali
Sepertinya ramah yang ter-ramah pun kalah...
Jadi tangannya mendadak lemas
Pikirannya tidak pada pena dan kertas itu
Lalu ia hanya diam
Merenung...dalam keadaan senang

Terus akhirnya gimana?
Ya dia diam saja...
Tak apa, puisi kadang tidak perlu dicetak atau di bagikan pada pembaca kan?
Kata penulis. Pada udara malam itu.

Malam minggu, 19 Mei 2019

Kamis, 16 Mei 2019

Samudra dan Awan (I)

Beberapa manusia diciptakan untuk melangkapi manusia lain
Sebut saja mereka samudra dan awan.

Biar kudeskripsikan, samudra tidak dapat di eja, ia selalu berubah-se keinginan nya. 
Takut dan menakutkan. Begitu penilaian sekitar. Baginya, semua makhluk adalah sumber salah kecuali dirinya. Terburu-buru, deburnya selalu keras. Di kegelapan. Tapi ia juga lemah, melemahkan dirinya dengan pemikirannya sendiri.  

Awan. Luas, tak terbatas. Ia tenang dan lembut, serupa permen kapas atau isi bantal bayi. Baginya, tak perlu ia bahagia bila sekitar tersenyum karenanya. Tapi dalam awan selalu ada petir, ia perlu pemaksa untuk memuntahkannya lagi dan lagi. 

Bagaimanapun terpisah, semesta selalu memiliki jalan mempertemukan. Samudra dan awan, dalam situasi tertentu ada dalam jalur yang sama. Dalam bahasa berjudul cinta. Kupikir begitu. 

Pada suatu hari, dalam kejenuhan yang sangat besar, samudra melihat awan sedang merenung. Matanya begitu... Teduh,  meneduhkan. Lalu samudra memalingkan mata, ia tidak percaya tentang apapun mengenai awan, cinta pandangan pertama atau mempersiapkan pernikahan. Beberapa detik setelah lirikannya berganti objek, awan menghampiri samudra "hai apa kabar?" ringan sekali rasanya awan menyapa. Disantapnya sapaan itu. Obrolan ringan diakhiri senyum kikuk tanda kehabisan topik pembicaraan. 

Selang beberapa waktu, awan dan samudra, entah bagaimana caranya dan bagaimana ujungnya semakin dekat. Dalam pemikiran samudra, ia hanya harus menunggu waktu perpisahan terjadi. Samudra terlalu naif untuk mengakui pengharapannya. Di waktu yang sama, awan masih terus mengenal samudra, baginya apa yang ia suka perlu ia lakukan, dalam kelembutannya, samudra bercerita mengenai masa lalunya. Begitupun awan, mengenai pertimbangan, keraguan dan tujuan yang ingin ia capai. 

Keduanya masih melarutkan diri dalam cumbuan alur cerita semesta. Sampai waktu yang belum dapat kutentukan.

Bandung, 17 Mei 2019

Selasa, 14 Mei 2019

Percakapan otak dan hati

Siang ini perutku tidak lapar
Pasalnya aku yang tidak berpuasa
Atau aku sudah kenyang karena bahagia?
Kuberitahu sesuatu ya
Sekarang...
Beberapa....
puisiku....
Sudah bertuan!!!
Hihihihi

Jangan bahagia dulu,
Siapa sangka tuan puisimu akan pulang?!
Ya tidak apa, Nanti aku ikut dia pulang saja
Huft apakah ada yang lebih bandel dari orang jatuh cinta?
Apa maksudmu?
Mereka sulit menerima saran! Biarlah!

Dalam beranda masing masing organ,
Percakapan antara otak dan hati terjadi
Sambil menunggu siapa duluan menyerah.

Grandsharon, 15 Mei 2019

Minggu, 17 Februari 2019

Bagaimana niatmu?

Jika niatmu saat ini
Ialah menyingkirkan aku
Maka tidak perlu merasa sulit,
Menyiksa diri memaksakan kebaikan itu
Karena aku cukup tahu diri
Mundur dan berjalan melawan arah darimu
Tidak perlu kau repot mendorongku perlahan
Aku terlalu ringan untuk kau usir
Dari hidupmu

Ya atau tidak?
Untuk apa?
Perasaanmu padaku.
Karena aku sudah bersiap pergi jika jawabanmu tidak.

Demam pergilah, 17 Februari 2019

Rabu, 13 Februari 2019

Bagi si Empunya (5)

Bagi si empunya. Kisah ini segera berakhir, tentang si gadis yang menjadi tenang setelah bertemu si empunya, bahwasanya ia yang menunggu dan harus menerima kenyataan si empunya  sudah bersanding dengan wanita lain. Lalu si gadis menghilang, di buangnya bunga itu ke tanah dan si gadis sibuk, di tempat persembunyian nya.

Bandung, 13 februari 2019

Selasa, 12 Februari 2019

Bagi si empunya (4)

Seraya memandang hujan,  gadis pembawa bunga kembali memandangi bunganya. Dalam hati menerka "apakah si empunya akan datang?"
Kemudian dari kejauhan seorang lelaki menghampirinya. Berbincang sesaat. Lelaki itu kolektor bunga. "bunga mu indah sekali gadis, bolehkah aku membelinya?  Akan ku ganti dengan perhatian selama sisa hidupku". Mudah sekali kolektor ini menjaminkan perhatian untuk bunga si gadis.
"aku bersungguh-sungguh gadis, berikan bunga itu untukku dan aku juga perhatianku akan menjadi milikmu" ujar kolektor dengan wajah bersungguh-sungguh.
Tapi bunga ini untuk si empunya, entah kenapa aku (masih) ingin mengantarkan ini padanya, terlepas dari sifatnya yg terlihat tidak menginginkanku (lagi).

"kuberi engkau waktu" ujar kolektor

"ya.. Karena cerita ini belum selsai"

Bandung,  13 feb 2019

Minggu, 10 Februari 2019

Tolong aku

Untuk kesekian kalinya,
Beri aku tanda
Apa yang harus kulakukan berikutnya,
Dan bagaimana aku menyimpan harapku,
Tetap bersamamu?
Atau ditelan bumi dibawah langit?

Karena saat ini aku sedang ditarik oleh api
Dan kamu yg bisa menolong nya
Jadi maukah kamu menjadi penolongku?
Seperti pemadam kebakaran dengan airnya
Atau unit gawat darurat dengan alat kejut jantungnya

Kumohon.

Bandung,  10 februari 2019

Sabtu, 09 Februari 2019

Bagi si empunya (3)

Malam ini,
Entah malam ke sekian si empunya tidak menemui gadis pembawa bunga.
Si gadis mulai menerka-nerka.
"apakah si empunya akan datang?"
Lalu kembali pertanyaan mengalir deras dalam keningnya
"perlu kah aku menunggu? Atau aku berhenti saja?"

Si gadis semakin bingung, dan si empunya tidak terlihat mengkhawatirkannya.
Kemudian ia merenung (untuk kesekian kalinya) atau kutitip saja bunga ini didepqn pintu rumahnya?

Cerita (masih)  belum selesai.

Bandung, 9 februari 2019

Rabu, 30 Januari 2019

Ruang Penantian

Ruang dalam menanti itu
Seperti kamu perlu beropini
Dalam kamar menakutkan
Atau pojok baca berbunga dengan alunan musik dari biola

Karena hakmu memiliki tempat nyaman
Jadi bisakah siapkan tempat terbaik untukku saat menantimu?
Jika tidak aku mengungsi saja ya?
Dihatimu tapi
Hehehe

Di perjalanan, 31 jan 2019

Selasa, 29 Januari 2019

Harap dalam sendu

Karena sendu yang kukira biasa itu
Terlihat dalam dan melemahkan
Dan aku ingin jadi obatnya
Seperti panadol untuk pusing
Atau sangobion untuk anemia

Aku untuk kamu, cukup kah?

Masih di Grandsharon, 29 Januari 2019

Senin, 28 Januari 2019

Bagi si empunya (2)

Si gadis yang semula sedih itu kini sedikit lega
Pasalnya si empunya belum menentukan pilihan
"aku belum bisa menerima bunga, maaf,  tapi mungkin aku akan berusaha"
Si gadis hanya seksama-mendengar.
Disimpannya lagi bunga yang hampir layu itu, disiramnya dengan air.

Si gadis terdiam,  bagaimana bisa ia yang begitu selalu terburu buru dapat dengan tenang menghadapi si empunya

Si gadis bahkan tidak mengerti apa alasan ia tetap menunggu
"bagiku tidak ada alasan,  sepertinya bunga ini perlu sampai kepada empunya" ujarnya

"aku tidak mau berjanji akan memilih bungamu" ujar si empunya

"jangan berjanji,  berusahalah... " ujar si gadis.

Ketika semua terasa begitu... Melelahkan,  si gadis memahami air wajah si empunya, tentang ketakutan dan mungkin penyesalan (?) atas apa yang terjadi sebelumnya.

Karena si gadis dalam kesepian dan si empunya dalam ketakutan mungkin bisa bekerjasama
Dalam mengusir hal hal itu dan menjadi si saling mengobati
"aku tidak akan memaksa, aku hanya merasa aku perlu menunggu, karena keyakinanmu pada bungaku akan bertambah ketika kau menginginkannya, bisa saja saat ini kau belum mau, tak apa,  aku tidak sedang buru-buru,  tepatnya setelah bertemu denganmu, aku menjadi tidak terburu-buru" ujar si gadis

"entahlah, kita bahas yang lain saja ya?" tanya si empunya.

Si gadis lalu tersenyum, seraya berkata dalam hati "bagaimana aku bisa setenang ini mengahadapimu?"

Grandsharon, 29 Januari 2019

Mendung

Hari ini mendung
Tapi hujannya malu
Angin tuh yang berani!
Jadi dingin deh siang ini
Kaya kamu,
Eh kesukaanmu maksudku

Grandsharon, 29 Januari 2019

Jumat, 25 Januari 2019

bagi si empunya

Lalu bunga itu terlanjur layu,
bahkan belum sempat sampai ke tangan yang empunya.

Karena rupanya si empunya ini sudah menerima bunga dari yang lain
ia masih terus memegang bunga itu namun tangannya basah
lalu sejenak ia melepas bunga itu
mencoba mencari bunga lain yang akan ia genggam~untuk sementara.

Kemudian si gadis pembawa bunga itu hadir
dalam muram, sedikit pengharapan bunganya akan dipilih~untuk menetap.
si empunya kemudian menghampiri gadis pembawa bunga
"mungkin aku akan memilih bungamu, gadis"
gadis itu sangat bahagia, sudah lama sekali semenjak bunganya layu berulang kali,
oleh yang tak berhati.

Tidak lama si gadis pembawa bunga berbahagia
tiba-tiba si empunya itu mundur dan hilang
si gadis pembawa bunga kecewa
melihat bunga yang ia bawa dengan sendu

kukira bunga ini akan sampai ke tangan si empunya dengan keadaan baik
kembali menyusuri jalan untuk pulang
sementara bunga yang ia pegang perlahan layu
seperti mengerti tidak ada yang akan menerimanya

karena bunga-bunga layu lain yang sebelumnya juga (sudah) ia persiapkan
kini bersatu dengan bunga layu hari ini
ia seperti tidak mengerti apa yang harus ia katakan selanjutnya
ketika harus bertemu si empunya nanti
apa yang harus si gadis tunjukkan
apa yang harus si gadis katakan
bahkan untuk marahpun si gadis lelah
si gadis mengerti, mungkin harapannya salah
dan episode si empunya hilang itu tidak ada
ia hanya menerka dan semua menjadi nyata

kita tunggu saja
bunga itu akan segera layu atau mekar kembali
entahlah
si empunya memiliki hak penuh menyelesaikan semua ini

dalam menunggu cerita ini selesai
anggap saja bersambung~

Rabu, 23 Januari 2019

Hari ke dua

Hari ke 2
Entah akan ada hari berikutnya
Atau berhenti di hari ini

Karena memberi ruang itu
Kadang menyiksa, 
Kamu seperti perlu menahan diri
Sehingga lupa sedang menanti

Ayolah cepat 
Kirimkan pesan ke surelku
Tapi aku tidak maksa ya
Semaumu saja,

Grandsharon,  24 jan 2019

QnA sampai kapan wanita menunggu?

Aduuuhhh pertanyaanna kok mantul yaaaa wkwkwkwk ini jujur aja yaa, aku suka bingung jawab ini deh walaupun aku juga wanitaaaa tapikan karakteristik laki-laki beda-beda jadi kapan berhenti nunggu itu bisa kita yang tentuin sendiri, terutama yang emang belum ada kepastian apapun yaa maksudnya berasa digantung di friend zone ya

okey, jadi begini, opiniku, untuk melanjutkan ke suatu hubungan itu artinya lelaki telah selsai menuntaskann semua pertimbangannya. Pertimbangan lelaki sendiri tentunya beda-beda yaa, dirangkum di satu kata mungkin "nyaman". Dengan adanya kita, lelaki mau dia ngerasa nyaman dengan semuaaaaa hal tentang kita wanita dan semuaaaaaaa hal yang ketika digabungkan itu aku dan kamu yaaa cocok deh jalanin yuk. Gitu (wkwkwkwk bingung jelasinnya nih w)

Jadi ketika si lelaki merasa sedang pedekate dengan kita, bisa jadi dia lagi nunggu sampe yakin dan nyaman nanti akan jalanin hubungan sama kita.

Gimana kalau mereka ganyaman?
yaaa laki-laki akan berbeda ya perlakukan atau sikapnya kalo udah gini, tapi lelaki yang baik ga akan biarin kita lama nunggu kepastian sih menurut aku, jadi kalo mereka gasuka mungkin mereka akan mengurangi intensitas ngobrol atau chat kita, bilang sama temennya atau to the point (ini yang paling aku harapkan sih, to the point aja kalo gasuka wkwkwk)

Gimana kalo mereka berubah dan kita gatau maksudnya apa?
Nah ini dia yang gabisa aku jawab, karena aku gabisa baca pikiran orang, intinya aku juga bingung apalagi kalau cowo itu susah ditebak, rasanya kalo dia cuma read chat kita doang terus setelah itu ga ngechat lagi mungkin dia udah gasuka sama kita (tetootttt itu pikiran aku sih) tapi amannya coba tanya sama temen deket doi aja perasaan doi ke kita gimana jadi kita bisa tau kapan harus berhenti menunggu.

Kalau ternyata dia udah gasuka kita?
Ga ada kata lain, terimalah, mungkin kita tidak cukup nyaman untuk menjadi tempat dia menetap, jangan sedihhh, akan ada lelaki lain yang lebih baik kok. semangat ya?

segitu aja sepertinya, karena hatiku pun sedang gusar yang ternyata ada korelasi dengan pertanyaan ini hehehe. Tapi inget, sebaik-baiknnya menunggu adalah dijemput. see you!

QnA supaya pacaran langgeng?

Suka ingin tertawa terbahak-bahak kalau ada yang nanya "gimana ya mut supaya pacaran langgeng?" lhaaa apa lupa kalo aku jomblo wkwkwk tapi yaaa aku pernah pacaran kok jadi aku coba jawab ya, di blog ini seperti biasa supaya netizen terhiburr!!

okhaayy hal yang bikin pacaran langgeng padahal bisa di googling lohh kan banyak, tapi aku mau coba dengan opini yang aku punya hehehe

pertama, komitmen. Kenapasih ga bosen sama 1 kata ini, karena memang dasar dari hubungan yaaaa komitmen menurut aku, karena apapun yang kita lakuin kalo kita ada tanggung jawab pasti akan berjalan lancar, sama aja kaya hubungan, kalau kita komitmen dalam satu hubungan artinya setiap cobaan dan masalah akan diselsaikan berdua, kalau salah satu mulai kagum dengan orang lain maka akan kembali lagi ada komitmen yang perlu dijaga..atau dilepas sekalian, putus baru pacaran sama yang baru lagi.

kedua, saling percaya. Khususnya untuk yang sudah usia 20 tahun keatas yaaa...kurangi pertengkaran yang diakibatkan karena cemburu buta. Banyak banget yang pas pedekate bilang ga akan cemburuan padahal pas udah pacaran, cowonya bonceng temennya untuk kerja kelompok aja langsung kebakaran jenggot wkwkwkwk. Wanita/pria ingatlah bahwa pasangan kita perlu jadi manusia baik yang ringan tangan dalam menolong, jangan sampe setelah pacaran sama kita doi jadi kurang pergaulan atau kehilangan temannya.

ketiga, berkabar. Yaaaaa ini hal mungil yang suka bikin ribut yaa wkwkwkwk terutama untuk laki-laki biasanya susah ngabarin nihhh, kalau menurut aku, perempuan itu pengertian kok, dengan kalian lelaki ngabarin aja "hari ini aku rada sibuk jadi gabisa rutin bales chat gapapa ya?" itu udah cukup (kalo akusih cukup dikabarin gitu doang hahahaha). Nahh untuk yang memang pacarnya rada gampang negatif thinking maka bisa dengan jalur verbal yaitu via telpon ngabarinnya supaya lebih niat dan nada suara bisa didengar si doi.

keempat, pengertian. teman ingatlah pasangan kita mungkin perlu waktu untuk menyelesaikan tugas hidupnya, gaperlu terus terusan doi harus bales chat kita atau baik sama kita atau manis sama kita terus. Hubungan kalo udah sama-sama apa adanya pasti kerasa nyaman deh. Inget juga nih untuk perempuan, biarkan lelaki lelaki kalian kumpul sama temennya, melakukan hobinya, bahwasanya hidupnya bukan hanya untuk kamu kan? mengertilah.....pada saat mereka sibuk, kehadiran kita di whatsapp tidak akan membantu mereka menyelesaikan tugasnya kann?

kelima, biarkan merindu. Ini yang bagi aku sulit, beberapa lelaki bahkan banyakkkkk banget yang mudah jenuh atau bosan. satu-satunya cara adalah membiarkan dia memiliki ruang sendiri. Ketika kita liat chatnya mulai garing atau kalau ketemu dia rada kaku dan malas mungkin dia lagi jenuh, tentunya kehadiran kita bakal jadi bumbu pelengkap yang menebalkan jenuh. Jadi kasih mereka ruang, tidak perlu kita kejar, biar dia nanti kembali sendiri, setelah rindu. 

keenam. mengerti dia. Nahhh yang terakhir dan maha penting. Mengerti dia, artinya dia dengan segala sifatnya walau kadang aneh-aneh ya kaya moody (mood swing/berubah mood drastis) yang kadang bikin salah tingkah harus gimana yaa satunya cara kita harus mengerti. Dia dengan kebiasaannya ga ngabarin kita misalnya karena dia tipe yang jarang pegang hp, dia yang pelupa, dia yang harus selalu diperhatiin, dia yang cemburuan, dia yang terkesan selalu baik sama semua orang, dia yang tertutup, dia yang ambekan. Apapun tentang dia sudah kita terima sejak kita bilang Ya akan berkomitmen dengan dia.

So opini aku segitu ajasih, jujur aku udah rada lupa karena aku udah lama ga ada hubungan pacaran seperti ini, namun hal-hal ini bisa juga dipertimbangkan saat pedekate kok. semoga bermanfaat yaaa hahahahaha see you!

Aku Kembali!!!

wahahahahahaha setelah sekian lama tidak berada depan beranda ini dan menghasilkan suatu tulisan akhirnya aku kembali.

Alasan kehilanganku?
karena aku baru pindah tempat kerja, sehingga rasanya jari sudah lelah menulis materi selama adaptasi di masa pelatihan.

Kenapa kembali?
karena yang pertama aku lagi dilema sehingga inspirasi menulis besar, lalu banyak bahan curhat rekan-rekan yang bisa dijadikan bahan tulisan dan yang ketiga aku rindu menulis.

to be honest, tulisanku mungkin gabegitu menarik ya...banyak tentang percintaan dan hasil curhat orang-orang, tapi ternyata teman-teman (yg sering baca blog  ini) nunggu tulisanku terbit lagi loh (*bercucuran air mata bahagia pas ngetik bagian ini).

untuk yang baru baca, selamat menikmati opiniku yaa, kalau ada kritik dan saran boleh kirim ke email aku saja amutiara05@gmail.com. Menerima curhat juga kok hihihi (promosi)

okhaayyy selamat membaca!

Selasa, 08 Januari 2019

Jika kamu bertanya harus seberapa besar sabarmu itu, akan kujawab coba lihat langit dan temukan, apakah ada batas disana? Maka itu jawaban atas pertanyaanmu.  Kataku

Bandung, 8 Januari 2019